Salamah bin Dinar, seorang salafush shalih dan termasuk perawi hadits terpercaya (wafat tahun 140 H.), memberi nasihat kepada salah seorang sahabatnya:
"Lakukanlah apa yang disukai Allah, sekalipun hal itu tidak disukaimu. Tinggalkan apa yang dibenci Allah, sekalipun engkau menyukainya, niscaya engkau akan selamat di dunia dan akhirat. Lihatlah apa yang membawa dirimu kepada kebaikan, lalu pertahankanlah, sekalipun itu dinilai tidak baik oleh manusia. Lihatlah apa yang membawamu kepada kerusakan, lalu tinggalkanlah, sekalipun itu dipandang baik oleh kebanyakan manusia."
Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendapat hidangan makan berbeda dari biasanya. Di situ terdapat sepotong roti yang masih hangat, harum dan membangkitkan nafsu makan.
"Dari mana roti ini?" tanya Khalifah kepada isterinya.
"Buatan saya sendiri. Tidak lain untuk menyenangkan hati Anda yang setiap hari sibuk mengurus umat," jawab isterinya.
"Berapa kauhabiskan uang untuk membeli terigu dan bumbu-bumbunya?"
"Hanya tiga setengah dirham saja," isterinya menjawab penuh keheranan.
"Aku perlu tahu asal-usul benda yang akan masuk ke dalam perutku, agar aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadirat Allah SWT. Nah, uang tiga setengah dirham itu dari mana?"
"Setiap hari saya menyisihkan setengah dirham dari uang belanja yang Anda berikan, wahai Amirul Mukminin, sehingga dalam seminggu terkumpul tiga setengah dirham. Cukup untuk membeli bahan-bahan roti yang halalan thayyiban," kata isteri Khalifah menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu. Saya percaya, asal-usul roti ini halal dan bersih. Namun, saya berpendapat lain. Ternyata biaya kebutuhan hidup kita sehari-hari perlu dikurangi setengah dirham, agar kita tidak mendapat kelebihan yang membuat kita mampu memakan roti atas tanggungan umat," jawab Umar bin Abdul Aziz, yang hari itu juga mengeluarkan instruksi kepada bendahara Baitul Maal untuk mengurangi belanja hariannya setengah dirham. "Saya juga akan berusaha mengganti harga roti ini, agar hati dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi."
"Lakukanlah apa yang disukai Allah, sekalipun hal itu tidak disukaimu. Tinggalkan apa yang dibenci Allah, sekalipun engkau menyukainya, niscaya engkau akan selamat di dunia dan akhirat. Lihatlah apa yang membawa dirimu kepada kebaikan, lalu pertahankanlah, sekalipun itu dinilai tidak baik oleh manusia. Lihatlah apa yang membawamu kepada kerusakan, lalu tinggalkanlah, sekalipun itu dipandang baik oleh kebanyakan manusia."
Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendapat hidangan makan berbeda dari biasanya. Di situ terdapat sepotong roti yang masih hangat, harum dan membangkitkan nafsu makan.
"Dari mana roti ini?" tanya Khalifah kepada isterinya.
"Buatan saya sendiri. Tidak lain untuk menyenangkan hati Anda yang setiap hari sibuk mengurus umat," jawab isterinya.
"Berapa kauhabiskan uang untuk membeli terigu dan bumbu-bumbunya?"
"Hanya tiga setengah dirham saja," isterinya menjawab penuh keheranan.
"Aku perlu tahu asal-usul benda yang akan masuk ke dalam perutku, agar aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadirat Allah SWT. Nah, uang tiga setengah dirham itu dari mana?"
"Setiap hari saya menyisihkan setengah dirham dari uang belanja yang Anda berikan, wahai Amirul Mukminin, sehingga dalam seminggu terkumpul tiga setengah dirham. Cukup untuk membeli bahan-bahan roti yang halalan thayyiban," kata isteri Khalifah menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu. Saya percaya, asal-usul roti ini halal dan bersih. Namun, saya berpendapat lain. Ternyata biaya kebutuhan hidup kita sehari-hari perlu dikurangi setengah dirham, agar kita tidak mendapat kelebihan yang membuat kita mampu memakan roti atas tanggungan umat," jawab Umar bin Abdul Aziz, yang hari itu juga mengeluarkan instruksi kepada bendahara Baitul Maal untuk mengurangi belanja hariannya setengah dirham. "Saya juga akan berusaha mengganti harga roti ini, agar hati dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi."
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق