Tamadhar, isteri mulia, Abdurrahman ibn 'Auf berkata kepada Usman ibn Affan Radiyallahu 'anhu, "Bersediakah engkau menikah dengan puteri pamanku, seorang gadis yang cantik, tubuhnya padat, pipinya lembut dan fikirannya cerdik?"
"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"
"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"
Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"
Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."
"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"
Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."
Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.
Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."
Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.
Jangan difikir hanya lelakinya yang selalu lebih tua. Zaid ibn Haritsah, semula adalah putera angkat Rasulullah, menikah dengan Ummu Aiman yang merupakan pengasuh Rasulullah saat beliau bayai. Nah? Apa motivasinya hingga Zaid begitu bangga menikahi Ummu Aiman? Tentu kalimat Rasulullah yang berbunyi, "Barangsiapa ingin menikahi wanita ahli syurga, maka nikahilah Ummu Aiman!"
"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"
"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"
Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"
Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."
"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"
Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."
Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.
Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."
Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.
Jangan difikir hanya lelakinya yang selalu lebih tua. Zaid ibn Haritsah, semula adalah putera angkat Rasulullah, menikah dengan Ummu Aiman yang merupakan pengasuh Rasulullah saat beliau bayai. Nah? Apa motivasinya hingga Zaid begitu bangga menikahi Ummu Aiman? Tentu kalimat Rasulullah yang berbunyi, "Barangsiapa ingin menikahi wanita ahli syurga, maka nikahilah Ummu Aiman!"
1 komentar:
ijin share yaaaa
Posting Komentar
ترك التعليق