Atikah binti Zaid bin Amru bin Nufail adalah seorang wanita pe-nyair yang cantik dan cerdas, shohabi-yat ini diperistri oleh Abdullah bin Abu Bakar ash Shidiq. Kecantikan dan kepandaian Atikah ternyata mam-pu mengalahkan suaminya dari kegia-tan yang lain, selain bersenang-senang dengannya. Bahkan perniagaan yang menjadi penghidupannya pun sampai dilalaikan oleh sang suami.
Pada suatu hari Jum'at, Abu Ba-kar lewat di muka rumah mereka, namun tak tampak Abdullah. Ternya-ta mereka masih sibuk di kamar. Ke-tika pulang, Abu Bakar mampir ke rumah mereka lagi dan dilihatnya Abdullah dan istrinya masih sibuk bergurau di kamar mereka. Melihat demikian, Abu Bakar segera me-negur anaknya,
Abdullah! Apakah kau akan menjamak semua shalatmu?"
"Apakah shalat Jumat sudah sele-sai?" Tanya Abdullah kepada ayahnya dengan keheranan.
"Kau ini bagaimana?! Kegiatan dagangmu telah dilumpuhkan istrimu, dan kini malah agamamu kau tinggal-kan pula. Kau ceraikan saja dia!," berkata Abu Bakar dengan nada keras.
Dengan berat Abdullah pun men-ceraikan istrinya dan menempatkan-nya pada satu tempat tersendiri. Pada suatu hari, ketika Abu Bakar sedang melakukan shalat terdengar olehnya rintih dan keluh kerinduan Abdullah pada istrinya, Atikah. Suara itu begitu menyentuh, sehingga memaksa Abu Bakar melangkahkan kaki mene-ngok anaknya. Betapa terkejutnya dia melihat keadaan anaknya itu. Wa-jahnya pucat, tubuhnya kurus kering merindukan kekasihnya. Melihat de-mikian, maka Abu Bakar pun me-nyuruh Abdullah untuk kembali lagi kepada istrinya, Atikah. Mendengar pernyataan tersebut, seketika wajah Abdullah dijalari warna merah karena bahagia.
Dia berkata kepada Ayahnya, "Anda menjadi saksi wahai ayah dan engkau (kebetulan ada seorang bu-dak di situ sedang menyapu) juga menjadi saksi bahwa aku telah kem-bali ke istriku. Dan mulai saat ini eng-
kau (budak) aku bebaskanâââ¬Ã¦."
Abdullah segera bergegas ke tempat istrinya dengan membawakan syair-syair pengambilan. Abdullah memberikan sebidang kebun kepada Atikah dengan syarat; Atikah tidak boleh kawin lagi dengan orang lain selain dia. Inilah yang mengikat Atikah kelak di kemudian hari. Sehingga tiba masanya Abdullah pun dijemput ma-laikat maut, meninggalkan sang istrinya tercinta.
Setelah Abdullah wafat, lantas datang Umar bin Khattab kepada Atikah untuk meminangnya. Ini mem-bingungkan Atikah , sebab dia me-rasa terikat dengan perjanjian dan pemberian Abdullah. Atikah tidak mau menerima lamaran itu sebelum ada fatwa yang jelas tentang masalahnya. Akhirnya Ali bin Abi Tholib berkata,
"Kau kembalikan kebun itu kepada keluarganya dan kau boleh kawin lagi." Berdasarkan fatwa Ali itulah akhirnya Atikah menikah dengan Umar bin Khattab . Pernikahan ber-langsung sampai Umar meninggal, dibunuh oleh orang musyrik, Abu Lu'luah. Ia menikam Umar tatkala beliau sedang mengimami sholat subuh.
Setelah Umar wafat, Zubair bin Awwam melamar Atikah , dan lamaran Zubair pun diterima oleh Atikah .
Zubair yang terkenal dengan julukan "Pembela Rasul" pun me-nemui ajalnya sebagai syahid. Beliau ditikam dari belakang ketika sedang sholat. Saat itu bertepatan dengan meletusnya perang Jamal.
Setelah habis masa iddahnya, Ali bin Abi Tholib sang kholifah me-minang Atikah . Tetapi Atikah menolaknya dengan menulis surat kepada sang kholifah, "Bukannya aku tidak menghormati anak paman Rasu-lulloh , tetapi aku khawatir dirimu kelak akan menjadi korban pem-bunuhan pula. Semua suamiku se-belum ini selalu mati terbunuh. Dan aku tidak ingin yang demikian menim-pa dirimu."
Membaca itu, Ali bin Abi Tholib pun kemudian berseru, "Barangsiapa yang ingin mati syahid dengan cepat, supaya mengawini Atikah".
Husain bin Ali , anak sang kho-lifah segera melamar Atikah , dan lamarannya pun diterima oleh Atikah, tapi tak lama setelah pernikahannya dengan Atikah, Husain bin Ali juga terbunuh. Melihat kenyataan demikian, Abdullah bin Umar bin Khottob mengulangi kembali apa yang pernah diucapkan Ali bin Abi Tholib, bahwa siapa saja yang ingin mati syahid su-paya menikah dengan Atikah .
Suami terakhir Atikah adalah Husain bin Ali bin Abi Tholib, karena setelah kematiannya, Atikah menolak lamaran dari Marwan dengan berkata, "Aku tidak ingin lagi mempunyai mertua setelah Rasululloh ."
Itulah hidup Atikah . Wanita cantik, cerdas dan seorang penyair yang banyak diinginkan para shahabat. Semua yang pernah menjadi suami-nya selalu mati sebagai syuhada, mes-kipun mereka belum lama menjadi suami-istri. Akhirnya Atikah meninggal pada tahun 40 Hijriyah.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق