Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab bin Sa'yah masih memiliki garis keturunan dari Al-Lawi, putra "Israil" (Ya'qub) bin Ishak bin Ibrahim AS, dan masih ada garis keturunan dari Nabi Harun AS.
Shafiyyah adalah wanita keturunan bangsawan, cerdas, cantik, dan taat beragama. Saat baru menikah dengan Rasulullah, penyambutan istri-istri Nabi SAW terhadap Shafiyyah sangat dingin dan penuh perasaan antipati.
Hal itu dapat dimaklumi karena Shafiyyah adalah putri Huyay bin Akhtab, pemimpin kaum Yahudi Bani Nadhir yang berkomplot dengan musuh-musuh Rasulullah untuk menyerang Rasulullah dan kaum Muslimin.
Namun demikian, akhirnya Allah SWT memberikan pertolongan kepada para tentara Islam sehingga mampu menghancurkan barisan mereka. Selain itu, tentara Islam juga menguasai benteng mereka, Khaibar, dan merampas harta dan kaum wanita mereka untuk dijadikan tawanan perang.
Di antara wanita tawanan perang itu terdapat Shafiyyah binti Huyay. Ketika itu, Rasulullah memberikan pilihannya kepada Shafiyyah antara memeluk Islam dan dinikahi beliau atau tetap dalam agamanya dan dimerdekakan sepenuhnya. Ketika itu Shafiyyah memilih bersama Rasulullah SAW.
Sebelum melihat langsung Rasulullah SAW pun, sebenarnya Shafiyyah telah mengagumi Nabi akhir zaman itu. Di dalam kitab mereka, telah diketahui bahwa akan diutus seorang Nabi Allah yang ummi dan mereka diwajibkan mengikutinya.
Shafiyyah telah memimpikan hal yang aneh dalam tidurnya, yaitu dia melihat bulan purnama jatuh ke tempat tidurnya sehingga tempat tidurnya diliputi cahaya yang terang benderang. Takwil mimpi telah meyakinkan dirinya bahwa Rasulullah akan menjadi cahaya penerang alam semesta.
Sejak kecil Shafiyyah sudah menyukai ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan bangsanya. Dari kitab suci Taurat dia membaca bahwa akan datang seorang nabi dari Jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua nabi.
Pikirannya tercurah pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Muhammad SAW muncul di Makkah. Dia sangat heran ketika kaumnya tidak memercayai berita besar tersebut, padahal sudah jelas tertulis di dalam kitab Taurat. Demikian juga ayahnya, Huyay bin Akhthab, yang sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum Muslimin.
Sifat dusta, tipu muslihat, dan pengecut ayahnya sudah tampak di mata Shafiyyah dalam banyak peristiwa. Di antara yang menjadi perhatian Shafiyyah adalah sikap Huyay terhadap kaumnya sendiri, Yahudi Bani Quraizhah.
Shafiyyah adalah wanita keturunan bangsawan, cerdas, cantik, dan taat beragama. Saat baru menikah dengan Rasulullah, penyambutan istri-istri Nabi SAW terhadap Shafiyyah sangat dingin dan penuh perasaan antipati.
Hal itu dapat dimaklumi karena Shafiyyah adalah putri Huyay bin Akhtab, pemimpin kaum Yahudi Bani Nadhir yang berkomplot dengan musuh-musuh Rasulullah untuk menyerang Rasulullah dan kaum Muslimin.
Namun demikian, akhirnya Allah SWT memberikan pertolongan kepada para tentara Islam sehingga mampu menghancurkan barisan mereka. Selain itu, tentara Islam juga menguasai benteng mereka, Khaibar, dan merampas harta dan kaum wanita mereka untuk dijadikan tawanan perang.
Di antara wanita tawanan perang itu terdapat Shafiyyah binti Huyay. Ketika itu, Rasulullah memberikan pilihannya kepada Shafiyyah antara memeluk Islam dan dinikahi beliau atau tetap dalam agamanya dan dimerdekakan sepenuhnya. Ketika itu Shafiyyah memilih bersama Rasulullah SAW.
Sebelum melihat langsung Rasulullah SAW pun, sebenarnya Shafiyyah telah mengagumi Nabi akhir zaman itu. Di dalam kitab mereka, telah diketahui bahwa akan diutus seorang Nabi Allah yang ummi dan mereka diwajibkan mengikutinya.
Shafiyyah telah memimpikan hal yang aneh dalam tidurnya, yaitu dia melihat bulan purnama jatuh ke tempat tidurnya sehingga tempat tidurnya diliputi cahaya yang terang benderang. Takwil mimpi telah meyakinkan dirinya bahwa Rasulullah akan menjadi cahaya penerang alam semesta.
Sejak kecil Shafiyyah sudah menyukai ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan bangsanya. Dari kitab suci Taurat dia membaca bahwa akan datang seorang nabi dari Jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua nabi.
Pikirannya tercurah pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Muhammad SAW muncul di Makkah. Dia sangat heran ketika kaumnya tidak memercayai berita besar tersebut, padahal sudah jelas tertulis di dalam kitab Taurat. Demikian juga ayahnya, Huyay bin Akhthab, yang sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum Muslimin.
Sifat dusta, tipu muslihat, dan pengecut ayahnya sudah tampak di mata Shafiyyah dalam banyak peristiwa. Di antara yang menjadi perhatian Shafiyyah adalah sikap Huyay terhadap kaumnya sendiri, Yahudi Bani Quraizhah.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق