Biasanya dipanggil Abu Abdullah. Gelarnya “Mughiratul rayi”. Nama lengkapnya al-Mughirah bin Syu’bah bin Abu Amir bin Mas’ud as-Syaqafy. Dilahirkan di kota Thaif pada tahun 20 sebelum Hijrah. Wafat pada tahun 50 Hijriah.
Pada masa Jahiliyah, beliau meninggalkan Thaif dan datang ke Iskandaria. Beliau diutus untuk menemui Muqauqis, penguasa Mesir waktu itu. Setelah itu kembali ke Hijaz.
Beliau berikrar masuk agama Islam pada tahun 5 Hijriah. Selama berjuang dalam menegakkan ajaran Islam, beliau menyaksikan perjanjian Hudaibiyah, perang Yamamah, penaklukan Syam dan Qadasiya, Nahawan, Hamdan dan lainnya. Hanya saja pada waktu perang Yarmuk beliau tidak ikut berperang karena ada halangan.
Sebelum meletus perang Qadasiah, Rustum panglima Persia meminta kepada Sa’ad bin Abu Waqos untuk mengutus wakilnya yang cerdas dan pandai agar mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanya. Sa’ad akhirnya mengutus al-Mughirah untuk memenuhi permintaan Rustum.
Setelah sampai di tempat Rustum, dia berkata; “Kalian adalah tetangga kami. Kami pun berbuat baik kepada kalian dan tidak pernah melakukan kekerasan terhadap kalian. Lebih baik kalian pulang saja ke negerimu. Kami tidak akan melarang perdagangganmu untuk masuk ke negeri kami.
Apa jawaban al-Mughirah mendengar ucapannya itu; “Kami tidak mencari keduniaan. Keinginan dan cita-cita kami adalah kehidupan akherat. Allah telah mengutus kepada kami seorang Rasul.”
Setelah itu beliau berkata lagi; “Sungguh saya telah kuasa kelompok ini bagi orang yang tidak mau masuk ke agamaku. Dan saya membalas dendam kepada mereka. Dan saya akan jadikan kemenangan bagi mereka selama mereka mengakui agamaku; yaitu agama yang benar. Tidak seorangpun menginginkan kecuali kemuliaan dan tidak seorangpun berpegang teguh melainkan kepada tali kejayaan dan kemuliaan.”
Rustum bertanya; “Apa itu agamamu?” Beliau menjawab; “Adapun tiang agama itu dimana dengannya sesuatu itu akan menjadi maslahah adalah syahadah; tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan mengakui apa yang dibawanya.” Rustum berkata; “Alangkah bagusnya ajaran itu. Terus apa lagi?”
Beliau menjawab; “Manusia adalah satu keturunan dari bani Adam dan mereka adalah bersaudara atas dasar satu ayah dan ibu.”
Rustum berkata lagi; “Bagus juga pendapatmu ini. setelah itu Rustum bertanya; “Apa pendapatmu sekiranya kami semua masuk agamamu, apakah kalian akan kembali lagi ke negeri kami?”
Beliau menjawab; “Iya. Demi Allah. Kami tidak mendekati negerimu melainkan untuk berdagang atau ada keperluan.”
Rustum menjawab; “Bagus.” Pada waktu beliau keluar dari tempatnya, Rustum mengingatkan para pemimpin kaumnya tentang ajaran Islam. Hanya saja mereka menolak ajakan Rustum itu untuk mengikuti ajaran Islam. Hingga akhirnya Allah berikan ganjaran atas perbuatannya itu.
Pada waktu Umar menjadi kholifah, beliau ditugaskan untuk menjadi wali di Basrah. Selama menjabat sebagai wali, banyak sekali negeri-negeri yang ditaklukan. Hanya saja kemudian beliau mengundurkan diri. Kemudian ditugaskan lagi untuk menjadi wali di Kuffah. Ketika kholifah dipegang Utsman bin Affan, beliau juga diberi amanah untuk menjadi wali Kuffah tapi kemudian mengundurkan diri. Ketika terjadi fitnah antara Ali dan Muawwiyah, beliau beriktizal dan tidak ikut kedalam mana-mana kubu.
Kononnya beliau adalah orang pertama yang membuat diwan Basrah. mengenai pribadinya, as-Sya’by berkata; “ Orang cerdik dan bijak Arab itu ada 4; Muawwiyah karena kesabaran dan kemurahan hatinya, Amru bin Ash karena pandai menyelesaikan masalah, al-Mughirah karena kepandian memberi jawaban dengan cepat dan Ziyad bin Abihi karena bijak terhadap yang muda dan tua.”
Selama hidupnya beliau telah meriwayatkan kurang lebih 136 hadits. Diantara riwayat haditsnya itu; Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadakalian; berbuat jahat terhadap ibu, melarang untuk memberi, membunuh anak perempuan. Dan Allah juga membenci berita yang tidak tahu sumbernya, banyak bertanya, dan membazirkan harta benda.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق