Ia termasuk perempuan-perempuan pertama yang masuk ke dalam Islam, termasuk tujuh orang pertama yang memeluk Islam, bersama-sama dengan suaminya Yasir bin Amir bin Malik dan anaknya Ammar. Tidak lama setelah cahaya Islam menerangi Makkah, keluarga Yasir langsung memenuhi panggilan iman kepada Allah dan membenarkan Nabi Muhammad saw. Dalam keluarga ini terhimpun keutamaan kesabaran dan jihad. Dan sejak mereka masuk ke dalam Islam, mereka mendapat siksaan dari orang-orang Kafir Quraisy.
Apalagi ketika orang-orang Kafir Quraisy melihat kekokohan iman mereka yang dinilai tinggi, maka kemarahan orang-orang Kafir Quraisy semakin memuncak. Hampir setiap helaan nafas yang mereka hembuskan ditujukan untuk menyiksa orang-orang yang mengucapkan,”Rabb kami adalah Allah”. Termasuk yang dialami oleh keluarga Yasir, yaitu Yasir, Sumayyah dan Ammar bin Yasir, dimana mereka disiksa dengan siksaan yang amat pedih dan dipaksa untuk meninggalkan Islam. Tetapi siksaan yang mereka terima tidak berpengaruh sedikitpun pada keluarga ini kecuali tetap beriman dengan teguh dan ikhlas. Sampai ketika mereka sedang menyiksa keluarga Yasir, Rasulullah lewat di depan mereka, seraya memberikan kabar gembira. “Sabarlah wahai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah syurga. Sesungguhnya aku tidak memiliki apapun dari Allah untuk kalian,” Rasulullah menyatakan pada mereka bahwa tempat yang dijanjikan untuk mereka adalah syurga, maka tidak ada yang dilakukan Sumayyah kecuali berkata :”Sesungguhnya aku telah melihatnya dengan jelas, wahai Rasulullah,”
Mereka senantiasa shabar menghadapi siksaan yang ditimpakan kepada mereka oleh orang-orang Kafir Quraisy, sampai akhirnya merenggut nyawa Yasir bin Malik. Tetapi hal ini tidak menimbulkan kegentaran pada diri Sumayyah, bahkan ia lebih menantang orang-orang atau pemuka Kafir Quraisy sehingga menambah geram pemuka Kafir Quraisy, terutama Abu Jahl, hingga akhirnya ia menusukkan tombak ke tubuh Sumayyah binti Khubath r.a sampai beliau meninggal dunia sebagai syahidah pertama. Demi mempertahankan ke-Islamannya ia korbankan jiwanya. Subhanallah, tidak diragukan lagi bagaimana perannya sebagai seorang muslimah, sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggungjawab bagi tegaknya Islam, sehingga dengan ikhlas dan ridho ia serahkan jiwanya hanya untuk Islam semata, sekalipun siksaan yang diterimanya sedemikian besarnya.
Semasa hidupnya, Sumayyah dikenal sebagai seorang istri yang baik, berbakti dan mengabdi kepada suaminya, dan senantiasa mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sebagai seorang ibu, dapat kita lihat dari sosok anaknya, yakni Ammar bin Yasir. Ia pun termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam bersama-sama dengan ayah bundanya, dimana kekuatan dan kekokohan imannya mampu menggentarkan orang-orang kafir Quraisy yang menyiksanya. Ia juga seorang mujahid yang tangguh, dengan gagah berani, ia mempertaruhkan nyawanya melawan musuh-musuh kaum muslimin.
Jelaslah bahwa Sumayyah tidak saja hanya memerankan tugasnya sebagai istri dan ibu, tetapi sebagai seorang muslimah yang memberikan andil dan semangat besar bagi kaum muslimin lainnya dengan mengajak keluarganya kepada Islam dan tetap kokoh memegang teguh dînnya sekalipun siksaan yang diterimanya sangat berat.
Apalagi ketika orang-orang Kafir Quraisy melihat kekokohan iman mereka yang dinilai tinggi, maka kemarahan orang-orang Kafir Quraisy semakin memuncak. Hampir setiap helaan nafas yang mereka hembuskan ditujukan untuk menyiksa orang-orang yang mengucapkan,”Rabb kami adalah Allah”. Termasuk yang dialami oleh keluarga Yasir, yaitu Yasir, Sumayyah dan Ammar bin Yasir, dimana mereka disiksa dengan siksaan yang amat pedih dan dipaksa untuk meninggalkan Islam. Tetapi siksaan yang mereka terima tidak berpengaruh sedikitpun pada keluarga ini kecuali tetap beriman dengan teguh dan ikhlas. Sampai ketika mereka sedang menyiksa keluarga Yasir, Rasulullah lewat di depan mereka, seraya memberikan kabar gembira. “Sabarlah wahai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah syurga. Sesungguhnya aku tidak memiliki apapun dari Allah untuk kalian,” Rasulullah menyatakan pada mereka bahwa tempat yang dijanjikan untuk mereka adalah syurga, maka tidak ada yang dilakukan Sumayyah kecuali berkata :”Sesungguhnya aku telah melihatnya dengan jelas, wahai Rasulullah,”
Mereka senantiasa shabar menghadapi siksaan yang ditimpakan kepada mereka oleh orang-orang Kafir Quraisy, sampai akhirnya merenggut nyawa Yasir bin Malik. Tetapi hal ini tidak menimbulkan kegentaran pada diri Sumayyah, bahkan ia lebih menantang orang-orang atau pemuka Kafir Quraisy sehingga menambah geram pemuka Kafir Quraisy, terutama Abu Jahl, hingga akhirnya ia menusukkan tombak ke tubuh Sumayyah binti Khubath r.a sampai beliau meninggal dunia sebagai syahidah pertama. Demi mempertahankan ke-Islamannya ia korbankan jiwanya. Subhanallah, tidak diragukan lagi bagaimana perannya sebagai seorang muslimah, sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggungjawab bagi tegaknya Islam, sehingga dengan ikhlas dan ridho ia serahkan jiwanya hanya untuk Islam semata, sekalipun siksaan yang diterimanya sedemikian besarnya.
Semasa hidupnya, Sumayyah dikenal sebagai seorang istri yang baik, berbakti dan mengabdi kepada suaminya, dan senantiasa mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sebagai seorang ibu, dapat kita lihat dari sosok anaknya, yakni Ammar bin Yasir. Ia pun termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam bersama-sama dengan ayah bundanya, dimana kekuatan dan kekokohan imannya mampu menggentarkan orang-orang kafir Quraisy yang menyiksanya. Ia juga seorang mujahid yang tangguh, dengan gagah berani, ia mempertaruhkan nyawanya melawan musuh-musuh kaum muslimin.
Jelaslah bahwa Sumayyah tidak saja hanya memerankan tugasnya sebagai istri dan ibu, tetapi sebagai seorang muslimah yang memberikan andil dan semangat besar bagi kaum muslimin lainnya dengan mengajak keluarganya kepada Islam dan tetap kokoh memegang teguh dînnya sekalipun siksaan yang diterimanya sangat berat.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق