Hukum Puasa Haram
Puasa haram ialah sesuatu pekerjaan puasa yang diharamkan oleh hukum. Di antara puasa yang diharamkan seperti:
1. Berpuasa di dua hari raya: Idul Fitri dan Idul Adha
2. Berpuasa di hari tasyriq, yaitu ketika tanggal 12, 13 dan 14 Dzulhijjah
3. Berpuasanya seorang isteri tanpa seizin suami
Dari kitab suci Al-Qur'an tersurat bahwa barangsiapa yang berbuat kebaikan akan menerima 10 balasan. Namun dari ayat tersebut tidaklah berlaku atas apa yang disebut puasa, karena setiap perbuatan puasa yang berhak menilainya dan menerimanya hanyalah Allah. Sedangkan manusia tidak ada hak untuk menilai setiap puasa seseorang. Setiap nilai yang diberikan oleh Allah maka akan mendapatkan hikmah. Sebabnya ada puasa yang diharamkan atau dilarang karena tidak adanya batasan-batasan, sedangkan puasa yang diperintahkan mengandung batasan-batasan. Setiap yang tidak ada batasannya lebih banyak manfaat daripada hikmah, sedangkan setiap yang ada batasannya akan lebih besar hikmah dari manfaat.
Contohnya:
Setiap minuman keras diharamkan, tentu tidak mempunyai batasan meminumnya, akibatnya menjadi memabukkan/lupa diri.
Nabi Adam a.s., yang pertama-tama menerima larangan dari Allah, akibatnya karena larangan tersebut dilanggar, adanya manusia sekarang ini (manfaat).
Nabi Muhammad saw, lebih dahulu mendapat perintah, akibatnya adanya agama Islam yang kita anut sekarang ini (hikmah).
Puasa haram ialah sesuatu pekerjaan puasa yang diharamkan oleh hukum. Di antara puasa yang diharamkan seperti:
1. Berpuasa di dua hari raya: Idul Fitri dan Idul Adha
2. Berpuasa di hari tasyriq, yaitu ketika tanggal 12, 13 dan 14 Dzulhijjah
3. Berpuasanya seorang isteri tanpa seizin suami
Dari kitab suci Al-Qur'an tersurat bahwa barangsiapa yang berbuat kebaikan akan menerima 10 balasan. Namun dari ayat tersebut tidaklah berlaku atas apa yang disebut puasa, karena setiap perbuatan puasa yang berhak menilainya dan menerimanya hanyalah Allah. Sedangkan manusia tidak ada hak untuk menilai setiap puasa seseorang. Setiap nilai yang diberikan oleh Allah maka akan mendapatkan hikmah. Sebabnya ada puasa yang diharamkan atau dilarang karena tidak adanya batasan-batasan, sedangkan puasa yang diperintahkan mengandung batasan-batasan. Setiap yang tidak ada batasannya lebih banyak manfaat daripada hikmah, sedangkan setiap yang ada batasannya akan lebih besar hikmah dari manfaat.
Contohnya:
Setiap minuman keras diharamkan, tentu tidak mempunyai batasan meminumnya, akibatnya menjadi memabukkan/lupa diri.
Nabi Adam a.s., yang pertama-tama menerima larangan dari Allah, akibatnya karena larangan tersebut dilanggar, adanya manusia sekarang ini (manfaat).
Nabi Muhammad saw, lebih dahulu mendapat perintah, akibatnya adanya agama Islam yang kita anut sekarang ini (hikmah).
Sebabnya dilarang berpuasa di hari raya Idul Fitri
Menurut hitungan tahun Hijriyah setiap tahun terdapat 12 bulan, dan untuk setiap bulannya ada mengandung isi maknanya masing-masing. DI bulan Syawal yang diharamkan berpuasa terletak pada tanggal 1-nya saja, sedangkan untuk tanggal-tanggal berikutnya tidak diharamkan. Diharamkan puasa ketika tangal 1 Syawal sebab di tanggal ini adanya penghapusan dosa-dosa manusia dan saatnya pula diadakannya tutup buku catatan manusia. Dan ketika memasuki tangagl 2 Syawal mulailah pencatatan kembali segala amal perbuatan manusia yang baru atau dimulainya membuka buku catatan manusia.
Persyaratan untuk mencapai Fitri (kesucian) seperti:
Mengeluarkan zakat fitrah yang berbentuk beras (untuk di negeri kita) dengan takaran sebanyak 3 1/3 liter per jiwa. Dengan pengeluaran ini maka akan terhapuslah dosa-dosa terhadap sesama manusia dan terhadap sesama makhluk.
Melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh, bila tidak melaksanakannya maka zakat fitrahnya tidak sah. Untuk terhapusnya dosa bila dibandingkan dengan orang yang melaksanakan haji ialah ketika wuquf di Arafah. Dan untuk penyempurnaannya dengan melontar di Aqaba. Bagi yang tidak melaksanakan haji, yaitu berpuasa Ramadhan, dan penyempurnaannya dengan mengeluarkan zakat fitrah.
Sebab dilarangnya berpuasa di hari raya Idul Adha
Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dzul artinya orang yang mengerjakan, dan Hijah artinya Haji. Jadi arti penuhnya menjadi mengerjakan haji, sehingga adanya hari kesucian. Di dalam melaksanakan haji ada terdapat hari yang disebut hari Tasyriq, yaitu hari-hari dari tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, dan di hari-hari tersebut bertepatan dengan adanya pelontaran di Aqaba, Wusta dan Uulaa. Ketiga nama tersebut adalah nama-nama batu yang menjadi tumpuan pelontaran. Dan asal-usul dari nama-nama batu adalah dari nama-nama iblis.
Aqaba adalah nama iblis yang hidup di masa Nabi Ibrahim dan yang sekarang sudah menjadi batu serta menjadi tumpuan pelontaran bagi yang berhaji. Nabi Ibrahim as adalah bapaknya dari ilmu ketauhidan (meng-Esa-kan Tuhan) dan agama yang disyiarkan oleh Nabi Ibrahim bernama agama Hanif. Dari sifat-sifat kebathinan Nabi Ibrahim inilah untuk setiap manusia ada mewarisinya sehingga manusia sekarang ini ada memiliki:
a. Iman (6 rukun iman)
b. Yaqin (percaya sepenuhnya)
c. Tawaqal (berserah diri kepada Allah)
d. Qada' dan Qadar (ketentuan dan waktunya ketentuan)
Jadi jasa yang besar dari Nabi Ibrahim adalah telah menanamkan ketauhidan terhadap Allah, sedangkan musyriknya ada pada Aqaba (yang bisa berbentuk harta kekayaan, dll).
Wusta adalah nama Iblis yang hidup semasa dengan Siti Hajar isteri Nabi Ibrahim as ketika masih hidup. Kini setelah semuanya tiada, yang tertinggal adalah batu jelmaan iblis yang disebut Wusta dan kini menjadi tempat tumpuan pelontaran bagi yang berhaji. Dan kini di dalam setiap diri manusia ada sifat yang keras seperti batu. Karena Hajar artinya batu, sehingga sifat batu tersebut terwarisi ke dalam setiap diri manusia yang disebut dengan 7 sifat nafsu. Setiap nafsu ada Wustanya, yaitu yang selalu menghalangi kepada arah untuk kebaikan. Itulah sebabnya diharamkan untuk berpuasa ketika tanggal 10 Dzulhijjah, sebab tanggal tersebut dihapusnya dosa oleh Allah.
Uulaa adalah nama iblis yang hidup semasa dengan Nabi Ismail putera Nabi Ibrahim as. Ismail artinya 'bisikan bathin', yang berupa getaran yang masuk ke hati manusia. Contohnya: apabila melihat sesuatu yang bukan miliknya maka bisikan hati mengatakan itu bukan miliknya. Itulah bisikan dari Ismail yang diwarisi hingga kepada manusia sekarang ini. Sedangkan Uulaa mengakibatkan adanya kekufuran, akibatnya menjadi seorang yang pelupa.
Sekali lagi penulis terangkan bahwa dari ke-3 iblis tersebut sekarang sudah menjadi batu semuanya dan menjadi tempat tumpuan pelontaran haji.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق