Khalifah al-Walid bin Abd al-Malik lahir tahun 50 H/670 M, putra tertua Khalifah Abd al-Malik bin Marwan. Dia tumbuh sebagai pemuda yang shalih, bertakwa dan banyak membaca Alquran. Dia khatam Alquran dalam waktu tiga hari. Ada yang mengatakan tiap seminggu sekali. Khusus di bulan Ramadhan, dia bisa khatam hingga 17 kali.
Pada zamannya dikenal dengan era penaklukan, kemewahan, dan kemakmuran, setelah kondisi keamanan dan sistem di dalam negeri benar-benar stabil. Administrasi pemerintahan diperbaiki. Pondasi struktur pemerintahan pun diletakkan dengan benar. Setelah itu dia pun menikmati hasilnya sehingga pembangunan di dalam negeri dan penaklukan ke luar negeri bisa dijalankan.
Khalifah al-Walid mempunyai keinginan kuat untuk melakukan pembangunan di negerinya. Karenanya, berbagai fasilitas dan infrastruktur ia bangun. Dia menulis surat kepada walinya di Madinah, Umar bin Abd al-Aziz, untuk membangun pintu gerbang Madinah dan menggali sumber air untuk kebutuhan penduduknya. Hal yang sama dia lakukan kepada para walinya yang lain. Pada zamannya, Masjid Nabawi diperluas. Dia pun memperluas Masjid Jami' al-Awawi. Khusus untuk Masjid Nabawi, dia perintahkan untuk menggusur beberapa rumah istri Nabi, dan memasukkannya dalam komplek masjid, serta membeli rumah-rumah di sekitarnya untuk perluasan masjid. Luasnya mencapai 200 dzira'. Bagi yang tidak mau, dia perintahkan agar rumahnya diberi ganti rugi yang adil. Dia pun mengirim para insinyur bangunan dari Syam untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Maka, Umar pun melaksanakan instruksi Khalifah dengan memasukkan semua rumah istri Nabi ke dalam Masjid Nabawi, kecuali kamar Aisyah yang di dalamnya ada tiga makam, yaitu makam Nabi, Abu Bakar dan Umar. Pada tahun 88-96 H/707-715 M, dia membangun masjid Jami' al-Amawi. Orang yang pertama kali mengarsitekinya adalah Abu Ubaidah al-Jarrah. Saking megahnya masjid ini, sampai ada yang menyatakan bahwa biaya untuk membangun masjid ini telah menelan 7 tahun pendapatan kharaj negara. Pembangunan, termasuk desain eksterior dan interiornya didatangkan dari India, Persia, Konstantinopel, Mesir dan Maroko. Jumlah tenaga yang diperlukan untuk menangani proyek tersebut sebanyak 12.000 orang. Masjid ini merupakan masjid termegah di negeri kaum Muslim hingga membuat takjub Khalifah al-Mahdi dan al-Ma'mun, di era Khilafah Abbasiyah. “Bani Umayyah telah mendahului kami dalam tiga hal; masjid ini, di mana saya tidak tahu ada masjid lain yang menyamainya di muka bumi; kecerdasan para pendukungnya; dan Umar bin Abd al-Aziz, di mana tak akan pernah ada seorang pun seperti dirinya dari kami.” Demikian tutur al-Mahdi.
Di kota Damaskus, ibukota Khilafah saat itu, Khalifah al-Walid telah mempercantik kota ini dan membangun saluran air yang diambil dari sumber air sungai tawar kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Dari yang kecil hingga besar, semuanya mendapat saluran air bersih. Semuanya diperoleh oleh warganya dengan cuma-cuma. Tanpa sepeser pun bayaran dipungut oleh negara
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق