haif saat ini menjadi salah satu daerah pertanian terpenting di Arab Saudi. Lokasinya terletak sekitar 100 kilometer arah tenggara Kota Makkah. Meski berjarak tak terlalu jauh, daerah itu memiliki iklim yang jauh berbeda dengan Makkah. Hal ini karena Thaif merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1.500 meter dari permukaan laut.
Kota yang terletak di lembah Pegunungan Asir ini juga memiliki julukan 'Qoryatul Muluk' atau desa para raja. Disebut demikian karena di kota sejuk ini betebaran istana peristirahatan musim panas para raja dan para konglomerat Arab Saudi.
Thaif terkenal karena hasil buminya. Selain sebagai pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti delima/rumman, daerah ini juga menjadi pemasok bunga. Bahan baku parfum khas Saudi semacam ambar, misik, dan jasmin, banyak dihasilkan dari kawasan ini.
Belakangan, Pemerintah Arab Saudi menggencarkan daerah ini sebagai daerah wisata dan sedang mempersiapkan diri menjadi tempat pendaratan jamaah haji, selain Jeddah dan Madinah. Untuk itu, berbagai prasarana dan sarana publik, saat ini sedang banyak dibangun.
Di jantung Kota Thaif, terdapat beberapa masjid, seperti Masjid Jami' Khodimul Haramain Syarifain, Masjid Addas, Masjid Ku' (ku'un), masjid tempat Rasulullah dilontar batu oleh penduduk Thaif, dan Masjid Jami' Abdullah bin Abbas yang digunakan Rasulullah untuk shalat Zhuhur dan Ashar di-jama' taqdim qosor. Di belakang masjid itulah, persisnya di samping kanan lokasi shalat perempuan, sejarah mengatakan merupakan lokasi makam Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui dirinya. Ia jugalah yang menurunkan seluruh khalifah dari Bani Abbasiyah. Selain itu, sekitar 20 km dari Thaif akan terlihat daerah As-Safa dengan pemandangan bukit yang menghijau. Perbukitan yang bebatuan nan menghijau dihiasi berbagai permainan malahi, ranumnya buah-buahan dan sayur-sayuran.
Villa-villa milik para amir dan para konglomerat, juga banyak dibangun di daerah As-Safa ini. Namun, untuk memasuki kawasan itu, saat ini diperlukan izin khusus dan pemeriksaan yang cukup ketat. Hal ini mungkin karena di tempat ini terdapat sekolah militer dan gudang senjata pemerintahan Arab Saudi.Dalam sejarah Islam, kawasan Thaif ini banyak meninggalkan kenangan pahit bagi Rasulullah SAW. Kisah pertama, dihadapi Nabi SAW pada masa awal beliau melakukan dakwah Islam.
Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk mengajak Kabilah Tsaqif, penguasa Thaif, untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi.
Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah yang disegani kaum musyrikin Quraisy, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, jika warga Kota Thaif mau menerima Rasulullah, kota ini mungkin akan menjadi tempat berlindung kaum Muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah. Bukan di Madinah.
Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaumnya, perjalanan Rasulullah ke Thaif dilakukan secara diam-diam dengan berjalan kaki. Di kota ini, Rasulullah tinggal selama 10 hari. Namun, perlakuan yang diberikan penduduk Thaif, ternyata sangat kasar. Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membela dan melindunginya. Tapi, kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik 'Utbah bin Rabi'ah.
Rasulullah SAW bahkan sampai memanjatkan doa, "Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Jika Engkau tidak murka kepadaku maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu." Dari isi doa ini, tentu bisa dibayangkan betapa berat cobaan yang dihadapi Rasulullah SAW. Namun, beliau tetap ridha, ikhlas, sabar, serta tidak pernah berputus asa.
Selain kisah penganiayaan yang dialami Rasulullah SAW pada masa awal dakwah Islam, di Thaif juga terjadi pertempuran dahsyat pasca perang Hunain. Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara pihak Rasulullah dan para sahabatnya, dengan kaum badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H.
Dalam pertempuran itu, pasukan Muslimin berhasil meraih kemenangan telak. Namun, sebagian orang-orang Tsaqif, kemudian memilih tidak menyerah, tapi melarikan diri ke Thaif. Di kota ini, mereka menutup pintu-pintu gerbang kota dan membuat sejumlah persiapan untuk perang. Setelah perang Hunain reda, Rasulullah berangkat ke Thaif. Untuk mencapai kota itu, Rasulullah berjalan melewati Nakhlah Al-Yamaniyah, Qarn, Al-Mulaih, dan Bahrah Ar-Rugha' dari Liyyah. Di sana, Rasulullah membangun masjid dan mengerjakan shalat di dalamnya.
Setelah mendekati tembok benteng Kota Thaif, Rasulullah memerintahkan pasukan kaum Muslimin untuk mendirikan markas. Namun di tempat ini, beberapa orang dari sahabat Rasulullah terkena panah sehingga Rasulullah memindahkan markasnya ke masjid agar jauh dari benteng Thaif. Baru setelah itu, pasukan Muslimin mengepung benteng selama lebih dari 20 malam.
Akhirnya, pertempuran pun terjadi dengan sangat sengit. Kaum Tsaqif menggunakan berbagai cara untuk melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya pasukan Muslimin berhasil menguasai Kota Thaif, jumlah korban di pihak pasukan Muslimin pun cukup besar. Jumlah sahabat Rasulullah yang gugur sebagai syuhada di perang Thaif ada 12 orang. Mereka terdiri atas tujuh orang dari kaum Muhajirin dan empat orang dari kaum Anshar. Seorang lagi berasal dari Bani Laits.
Kota yang terletak di lembah Pegunungan Asir ini juga memiliki julukan 'Qoryatul Muluk' atau desa para raja. Disebut demikian karena di kota sejuk ini betebaran istana peristirahatan musim panas para raja dan para konglomerat Arab Saudi.
Thaif terkenal karena hasil buminya. Selain sebagai pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti delima/rumman, daerah ini juga menjadi pemasok bunga. Bahan baku parfum khas Saudi semacam ambar, misik, dan jasmin, banyak dihasilkan dari kawasan ini.
Belakangan, Pemerintah Arab Saudi menggencarkan daerah ini sebagai daerah wisata dan sedang mempersiapkan diri menjadi tempat pendaratan jamaah haji, selain Jeddah dan Madinah. Untuk itu, berbagai prasarana dan sarana publik, saat ini sedang banyak dibangun.
Di jantung Kota Thaif, terdapat beberapa masjid, seperti Masjid Jami' Khodimul Haramain Syarifain, Masjid Addas, Masjid Ku' (ku'un), masjid tempat Rasulullah dilontar batu oleh penduduk Thaif, dan Masjid Jami' Abdullah bin Abbas yang digunakan Rasulullah untuk shalat Zhuhur dan Ashar di-jama' taqdim qosor. Di belakang masjid itulah, persisnya di samping kanan lokasi shalat perempuan, sejarah mengatakan merupakan lokasi makam Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui dirinya. Ia jugalah yang menurunkan seluruh khalifah dari Bani Abbasiyah. Selain itu, sekitar 20 km dari Thaif akan terlihat daerah As-Safa dengan pemandangan bukit yang menghijau. Perbukitan yang bebatuan nan menghijau dihiasi berbagai permainan malahi, ranumnya buah-buahan dan sayur-sayuran.
Villa-villa milik para amir dan para konglomerat, juga banyak dibangun di daerah As-Safa ini. Namun, untuk memasuki kawasan itu, saat ini diperlukan izin khusus dan pemeriksaan yang cukup ketat. Hal ini mungkin karena di tempat ini terdapat sekolah militer dan gudang senjata pemerintahan Arab Saudi.Dalam sejarah Islam, kawasan Thaif ini banyak meninggalkan kenangan pahit bagi Rasulullah SAW. Kisah pertama, dihadapi Nabi SAW pada masa awal beliau melakukan dakwah Islam.
Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk mengajak Kabilah Tsaqif, penguasa Thaif, untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi.
Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah yang disegani kaum musyrikin Quraisy, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, jika warga Kota Thaif mau menerima Rasulullah, kota ini mungkin akan menjadi tempat berlindung kaum Muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah. Bukan di Madinah.
Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaumnya, perjalanan Rasulullah ke Thaif dilakukan secara diam-diam dengan berjalan kaki. Di kota ini, Rasulullah tinggal selama 10 hari. Namun, perlakuan yang diberikan penduduk Thaif, ternyata sangat kasar. Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membela dan melindunginya. Tapi, kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik 'Utbah bin Rabi'ah.
Rasulullah SAW bahkan sampai memanjatkan doa, "Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Jika Engkau tidak murka kepadaku maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu." Dari isi doa ini, tentu bisa dibayangkan betapa berat cobaan yang dihadapi Rasulullah SAW. Namun, beliau tetap ridha, ikhlas, sabar, serta tidak pernah berputus asa.
Selain kisah penganiayaan yang dialami Rasulullah SAW pada masa awal dakwah Islam, di Thaif juga terjadi pertempuran dahsyat pasca perang Hunain. Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara pihak Rasulullah dan para sahabatnya, dengan kaum badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H.
Dalam pertempuran itu, pasukan Muslimin berhasil meraih kemenangan telak. Namun, sebagian orang-orang Tsaqif, kemudian memilih tidak menyerah, tapi melarikan diri ke Thaif. Di kota ini, mereka menutup pintu-pintu gerbang kota dan membuat sejumlah persiapan untuk perang. Setelah perang Hunain reda, Rasulullah berangkat ke Thaif. Untuk mencapai kota itu, Rasulullah berjalan melewati Nakhlah Al-Yamaniyah, Qarn, Al-Mulaih, dan Bahrah Ar-Rugha' dari Liyyah. Di sana, Rasulullah membangun masjid dan mengerjakan shalat di dalamnya.
Setelah mendekati tembok benteng Kota Thaif, Rasulullah memerintahkan pasukan kaum Muslimin untuk mendirikan markas. Namun di tempat ini, beberapa orang dari sahabat Rasulullah terkena panah sehingga Rasulullah memindahkan markasnya ke masjid agar jauh dari benteng Thaif. Baru setelah itu, pasukan Muslimin mengepung benteng selama lebih dari 20 malam.
Akhirnya, pertempuran pun terjadi dengan sangat sengit. Kaum Tsaqif menggunakan berbagai cara untuk melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya pasukan Muslimin berhasil menguasai Kota Thaif, jumlah korban di pihak pasukan Muslimin pun cukup besar. Jumlah sahabat Rasulullah yang gugur sebagai syuhada di perang Thaif ada 12 orang. Mereka terdiri atas tujuh orang dari kaum Muhajirin dan empat orang dari kaum Anshar. Seorang lagi berasal dari Bani Laits.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق