Kami beriman kepada Lauh dan Qalam berikut segala yang telah tertulis di dalam Lauh. Sekiranya seluruh makhuluk berkumpul untuk membuat sesuatu yang telah tertulis oleh Allah Ta'ala bahwa sesuatu itu ada, menjadi tidak ada, mereka tidak akan mampu melakukanya. Dan sekiranya mereka semua berkumpul untuk mengadakan sesuatu yang tidak ditulis oleh Allah didalamnyasehingga seseuatu itu menjadi ada, mereka juga tidak akan mampu melakukanya.Pena telah kering mengenai apa yang akan telah terjadi sampai hari kiamat.
Pada masa nubuah,wujud"Lauh"yang dikenal oleh para sahabat adalah sebidang papan atau tulang yang biasa ditulisi.Papan dan tulang itu hanya disebut Lauh jika sudah ditulisi.Sedangkan "Qalam"adalah alat tulis atau pena. Pada masa itu"Qalam"berupa bulu unggas yang dipakai untuk menulis setelah dicelupkan ke tinta terlebih dahuluatau sebatang ranting/ kayu yang diruncingkan untuk mengores "Lauh". Demikianlah penggambaran yang diberikan oleh Ibnu Manzhur dalam kitab "Lisanul Arab".
Mengenai Lauh Mahfuzh (Lauh yang selalu dijaga) dan pena yang telah menulisinya ada sebuah atsar marfu'dari Ibnu 'Abbas .Beliau berkata,"sesungguhnya Allah menciptakan Lauh Mahfuzh dari mutiara putih. Kedua sampulnya dari permata yaqut merah.Qalamnya adalah cahaya,tulisanya adalah cahaya, dan lebarnya sejarak antara langit dan bumi,"
Tulisan pada Lauh Mahfuzh
Takdir Allah untuk setiap dan semua mahluk bresifat azali. Sebelum Allah menciptakan semua mahluk-temasuk Qalam dan Lauh Mahfuzh-Allah sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh setiap makhluk. Kemudian pada masa 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi Allah mencitakan Qalam,lalu diperintahkanya Qalam untuk menulis semua takdir. Hal ini dapat kita pahami dari kedua hadist berikut ini:
"Allah menulis takdir pada mahkluk 50.000 tahun sebelum diciptakanya semua langit dan bumi."(H.R.Muslim dari Abdullah bin 'Amru bin 'Ash)
"Benda pertama yang diciptakan oleh Allah adalah pena.Allah berfirman,'Tulislah!'Pena menjawab,'Apa yang aku tulis?'Allah berfirman,'Tulislah takdir yang telah terjadi dan akan terjadi selamanya!'."(H.R.at-Tirmidziy dan dinyatakan shahih oleh al-Albaniy)
Hal ini juga telah Allah terangkan di dalam al-Qur'an. Allah berfirman,
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kamami menciptakanya.Sesungguhnya Allah mengetahuinya apa saja yang ada dilangit dan dibumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).Sesungguhya yang demikian itu amat mudah bagi Allah."(Q.S.al-Hajj:70)
Apa yang terjadi diseluruh alam dijadikan oleh Allah dengan iradah dan masyiah-Nya yang berporos pada rahmat dan hikmah-Nya. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki tersesat dengan hikmahNya.semua itu dan semua takdir telah ditulis didalam Lauh Mahfuzh.tidak ada seorang pun yang terlewatkan.Apa yang telah terjadi dan akan terjadi sampai hari kiamat. Dan saat kejadianya,semuanya persis seperti apa yang tertulis disana. Tidak sesuatu pun yang bergeser.Ini adalah bukti kesempurnaan ilmu,kuasa dan hikmah Allah.
Posisi usaha mahkluk
Ketika Amirul Mukminin 'Umar bin Khaththab . hampir sampai di Syam,dia diberitau bahwa wabah kolera sedang mewabah di sana.Maka 'Umar memutuskan untuk kembali ke Madinah.Abu'ubaidah .bertanya,"apakah kamu hendak lari dari takdir,wahai Amirul mukminin?" 'Umar menjawab,"ya,lari dari takdir Allah kepada takdir Allah."
Dialog antara dua orang sahabat yang dijamin masuk surga diatas memberikan gambaran tetang pemahaman 'Umar bin Khaththab yang dalam mengenai posisi usaha seorang hamba terkait dengan takdir yang Allah tuliskan untuknya.
Takdir adalah rahasia Allah.Ilmu Allah yang ditulis diLauh Mahfuzh,tetapi tidak ada seorang manusia yang mengetahui takdirnya sendiri atau takdir orang lain.Seandainya ada yg tau,lalu orang itu mengajak semua manusia untuk melawan takdir itu,maka usaha mereka itu akan sia-sia belaka.Inilah maksud dari matan yg berbunyi:Sekiranya seluruh makhluk berkumpul untuk membuat sesuatu yang telah ditulis oleh Allah Ta'ala bahwa sesuatu itu ada sehingga tidak ada,mereka tidak akan mampu melakukanya.Pena telah kering mengenai apa yang akan terjadi sampai hari kiamat.
Tetapi-sekali lagi-tidak ada manusia yang mengetahui takdirnya sendiri atau takdir orang lain.Jika ada yang mengaku tau sungguh,pengakuanya justru membuatnya keluar dari iman dan islam (baca lagi edisi yang lalu).Oleh karena itu Amirul Mukminin bermaksud bermaksud kembali ke Madinah sebagai sebentuk usaha untuk menghindari sesuatu yang tidak disukai.Jika wabah kolera ditakdirkan sampai kepada mereka,dimana pun mereka berada,pasti akan kena juga.Tetapi sebagai suatu usaha,menjahui daerah yang terjangkiti adalah tindakan yang benar;sebenar berdoa supaya keburukan yang telah menimpa atau dkhawatirkan akan menimpa dijauhkan dari diri.
Doa menolak takdir
Mengenai doa yang hubunganya dengan takdir Rasulullah bersabda :
"Tidak ada yang menolak takdir selain doa dan tidak ada yang menambah umur selain kebaikan.'(H.R.at-Tirmidziy dan Inu Majah; dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albaniy)
Beliau juga bersabda,
"Doa itu bermanfaat untuk perkara yang terjadi maupun yang belum terjadi.Oleh karena itu hendaklah kalian berdoa,wahai sekalian hamba Allah!"(Hadits hasan diriwayatkan oleh at-Tirmidziy)
Kedua hadits ini tidak bertentangan sama sekali dengan matan ke-55 ini,sama seperti halnya keputusan 'Umar bin Khaththab RA.untuk kembali ke Madinah. Ketetapan Allah untuk setiap hamba guna menepis mudarat yang sedang menimpanya atau dakhawatirkanya menimpa dirinya pun juga takdir.
Abu Hamid al-Ghazaly menyatakan,"jika ditanyakan,apa faidah doa,sedangkan takdir itu pasti terjadi?Maka jawabanya,sesungguhnya upaya menolak musibah itu termasuk bagian dari takdir.Sesungguhnya kedudukan doa sebagai faktor keluarnya tanaman dari bumi.Sebagaimana tameng yang dapat menolak anak panah,doa pun dapat menolak musibah."
Faidah doa bagi musibah yang telah terjadi:
mungkin musibah itu akan hilang jika memang bisa hilang-terserang penyakit,misalnya.Atau orang yang ditimpa musibah itu dijadikan oleh Allah sebagai orang yang dapat bersabar,jika musibahnya tidak bisa hilang-keluarga meninggal dunia-misalnya-sehingga dia tidak mengharapkan yang sebaliknya.bahkan sebaliknya,bisa jadi ia dijadikan Allah dapat menikmati lezatnya musibah sebagaimana orang-orang yang cinta dunia dapat menikmati lezatnya dunia.Untukmusibah yang belum terjadi,doa berfaidah untuk menolaknya sebelum turun atau meringankanya.
Wallahua'lam.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق