Berkumpul bersama orang-orang yang shalih nan pemberani bisa
menyemangati kita untuk menjadi seperti mereka. Jika pun tak sempat
berjumpa langsung, mendengar dan membaca kisah mereka sudah bisa
mengajarkan teladan yang besar pada kita. Berikut ini kami sadurkan
sebuah kisah yang akan semakin menggugah keberanian kita dalam jihad fiisabiilillah. Selamat membaca….
***
Ibnu Katsir membawakan kisah matinya Musailamah Al-Kadzdzab [1] -semoga Allah melaknatnya- pada Perang Yamamah.
Ketika pasukan muslimin dan pasukan Musailamah Al-Kadzdzab
berhadap-hadapan, Musailamah berkata kepada pengikutnya, "Hari ini
adalah hari kecemburuan. Jika kalian kalah pada hari ini maka
istri-istri kalian akan menjadi tawanan dan mereka akan menjadi budak.
Oleh karena itu, berperanglah kalian untuk membela kedudukan dan
melindungi wanita-wanita kalian." [2]
Pasukan muslimin terus maju hingga Khalid naik ke tanah yang lebih tinggi dari Yamamah. Kemudian beliau membagi pasukannya.
Bendera kaum Muhajirin dipegang oleh Salim maula Abu
Hudzaifah. Bendera kaum Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais bin
Syammas, sedangkan kabilah Arab yang lain menggunakan bendera sendiri.
Kemudian pasukan kaum muslimin dan orang-orang kafir saling
bertempur. Terjadilah pertempuran. Pasukan muslimin dari kabilah Arab
yang lain bisa dikalahkan. Kemudian para shahabat saling menegur sesama
mereka.
Tsabit bin Qais bin Syammas berkata, "Sungguh amat jelek kebiasaan yang kalian berikan kepada rekan kalian."
Lalu terdengarlah seruan dari segala arah, "Berikanlah jalan keluar kepada kita, wahai Khalid."
Setelah itu, kelompok Muhajirin dan Anshar masing-masing membentuk
kelompok sendiri, juga Al-Barra' bin Ma'rur. Dahulu, blia ia melihat
perang maka ia akan gemetar. Lalu ia akan duduk di atas tunggangannya
hingga kencing di celananya. Kemudian ia akan menerjang seperti singa.
Adapun Bani Hanifah menjalani oernga ini dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Karena itu, para shahabat saling memberikan wasiat di antara sesama
mereka. Para shahabat mengatakan, "Wahai pengahapal surat Al-Baqarah,
hari ini saaatnya pahlawan waktu sahur."
Tsabit bin Qais membuat lubang untuk menanam kedua kakinya di bumi
hingga setengah betis setelah ia mengusapkan obat pengawet mayat dan
mengenakan kafan, dalam keadaan ia memegang panji kaum Anshar. Ia masih
terus bertahan hingga terbunuh di lubang itu.
Kaum Muhajrin mengatakan kepada Salim maula Abu Hudzaifah,
"Apakah kamu khawatir kita akan ditimpa kekalahan karena dirimu?" Lalu
Salim mengatakan, "Kalau seperti itu yang terjadi maka aku sejelek-jelek
pembawa Al-Quran."
Zaid bin Al-Khaththab berkata, "Wahai sekalian kaum muslimin,
gigitlah kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Teruslah, tebaskan pedang
ke arah musuh-musuhmu! Teruslah maju! Demi Allah, aku tidak akan bicara
lagi setelah ini hingga Allah mengalahkan mereka, atau aku berjumpa
dengan-Nya, lalu aku akan mengajak-Nya bicara dengan alasan-alasanku."
Kemudian ia gugur sebagai syahid, semoga Allah meridhainya.
Abu Hudzaifah berkata, "Wahai penghapal Al-Quran, hiasilah Al-Quran dengan perbuatan." Lalu ia terus maju ke tengah pasukan musuh hingga gugur, semoga Allah meridhainya.
Khalid bin Al-Walid terus menyerang hingga melewati pasukan musuh dan
menuju ke arah Musailamah. Ia senantiasa mengintai untuk bisa mencapai
Musailamah agar bisa membunuhnya. Kemudian ia berbalik dan berdiri di
antara dua pasukan. Dia menantang untuk duel dan mengatakan, "Aku adalah
putra Al-Walid. Aku adalah putra ‘Amir dan Zaid."
Kemudian ia mengumandangkan semboyan-semboyan kaum muslimin.
Mulalilah ia membunuh setiap pasukan musuh yang berduel dengannya. Ia
juga akan melumat semua musuh yang mendekat kepadanya. Pasukan muslimin
mulai menguasai keadaan. Lalu ia mendekati Musailamah dan menawarkan
untuk kembali kepada kebenaran. Akan tetapi, setan yang ada pada diri
Musailamah terus membisikinya, sehingga Musailamah tidak mau menerima
tawaran apa pun. Setiap kali Musailamah mencoba melakukan pendekatan,
setan yang ada padanya selalu berupa memalingkannya. Setelah itu, Khalid
meninggalkan Musailamah.
Sebelumnya, Khalid telah membagi pasukan Muhajirin dan Anshar. Khalid
memisahkan kedua pasukan ini dari pasukan muslimin yang berasal dari
kabilah Arab yang lain. Beliau juga memisahkan pasukan berdasarkan
keturunannya masing-masing. Sehingga setiap pasukan berperang di bawah
bendera komando keturunannya. Dengan cara seperti itu, maka akan segera
diketahui dari bagian pasukan yang mana kekalahan menimpa mereka.
Sedangkan para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
masih terus bersabar menghadapi keadaan yang sangat genting ini. Mereka
menghadapai kobaran perang yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa maju
menerjang leher-leher musuh, hingga Allah memberikan kemenangan kepada
mereka. Orang-orang kafir pun lari tunggang langgang. Namun para
shahabat masih terus memerangi sisa pasukan musuh dan menebaskan pedang
ke leher-leher mereka. Para shahabat berhasil mendesak pasukan
Musailamah di kebun kematian. Hakim Yamamah, yaitu Muhkam bin
Ath-Thufail -semoga Allah melaknatnya- telah memberikan isyarat agar
pasukan Musailamah memasukinya.
Lalu pasukan Musailamah masuk ke kebun kematian, dan di dalamnya ada
musuh Allah, Musailamah. Abdurrahman bin Abu Bakar berhasil mendekati
Ath-Thufail dan memanahnya sampai mengenai leher Muhkam dalam keadaan ia
sedang berceramah. Abdurrahman berhasil membunuh Muhkam.
Orang-orang Bani Hanifah menutup pintu kebun, namun para shahabat terus mengepung mereka.
Al-Barra' bin Malik mengatakan, "Wahai pasukan muslimin, lemparkan aku ke arah pasukan musuh di dalam kebun."
Kemudian, pasukan muslimin menempatkannya di atas perisai, dan
mengangkatnya dengan tombak hingga bisa melemparkannya ke arah pasukan
musuh melewati pagar. Al-Barra' senantiasa memerangi pasukan Musailamah
yang berada di dekat pintu, hingga Al-Barra' berhasil membuka pintu
tersebut. Kemudian pasukan kaum muslimin masuk ke dalam kebun, baik
melalui atas pagar maupun menjebol pintu-pintunya.
Pasukan muslimin terus memerangi orang-orang murtad yang ada di dalam
kebun dari kalangan penduduk Yamamah. Kemudian pasukan Islam berhasil
menuju ke arah Musailamah -semoga Allah terus melaknatnya-. Ketika itu,
ia sedang berdiri di atas pagar yang retak seakan ia adalah unta yang
berwarna abu-abu.
Musailamah ingin bersandar karena ia tidak bisa menahan marah.
Apabilan setan dalam diri Musailamah meninggalkannya, akan keluar buih
dari pelipisnya. Lalu Wahsyi bin Harb,maula Jubair bin Muth'im,
mendekati Musailamah dan melemparnya dengan tombak kecil. Tombak itu
tepat mengenai Musailamah dan tembus pada sisi tubuh yang lain. Abu
Dujanah Simak bin Khirasyah bersegera menuju Musailamah dan menebaskan
pedang. Musailamah akhirnya tersungkur tewas.
Seorang perempuan berteriak dari arah gedung, "Pimpinan Wadha`ah telah dibunuh oleh seorang budak hitam."
Jumlah pasukan kafir yang dibunuh di dalam kebun dan di medan perang
mendekati angka 10.000 korban, dan ada yang mengatakan 21.000. Sedangkan
jumlah pasukan Islam yang meninggal berjumlah 600 orang, dan ada yang
mengatakan 500 orang. Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar
ترك التعليق