Perang Dunia I

24 Juni 2012

Perang Dunia I (juga dinamakan Perang Dunia Pertama, dan nama dalam bahasa Inggris lainnya: Great War, War of the Nations, dan "War to End All Wars" (Perang untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah sebuah konflik dunia yang berlangsung dari 1914 hingga 1918.Perang ini dimulai setelah Pangeran Ferdinand dari Austria dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo.

Tidak pernah terjadi sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan dan dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya, pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari pembunuhan massal berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang ini. Empat dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai akar kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang. 

Perang Dunia I menjadi saat pecahnya orde dunia lama, menandai berakhirnya monarki absolutisme di Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS. Kekalahan Jerman dalam perang ini dan kegagalan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung yang telah menjadi sebab terjadinya Perang Dunia I akan menjadi dasar kebangkitan Nazi, dan dengan itu pecahnya Perang Dunia II pada 1939. Ia juga menjadi dasar bagi peperangan bentuk baru yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan melibatkan non-militer dalam perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Latar belakang
1. Pembunuhan Pangeran Austria Franz Ferdinand oleh kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo.
2. Persaingan merebut daerah sumber bahan baku, penanaman modal, dan daerah pemasaran.
3. Munculnya persekutuan / Blok persaingan politik antar negara-negara Eropa : Triple Alliance : Jerman, Austria, Italia, Triple Entente : Inggris, Perancis, Uni Soviet

Di Eropa abad ke-19, penjajahan tersebar luas. Kekuatan bangsa Eropa seperti Inggris dan Prancis telah membangun kekuasaan penjajahan di keempat penjuru dunia. Jerman, yang telah membangun kesatuan politiknya lebih lama daripada negara-negara lain, bekerja keras untuk menjadi pelopor dalam perlombaan ini. 

Pada awal abad ke-20, hubungan yang didasarkan pada kepentingan telah membagi Eropa menjadi dua kutub yang berlawanan. Inggris, Prancis, dan Rusia berada di satu pihak, dan Jerman beserta Kekaisaran Austria-Hungaria yang diperintah oleh keluarga Hapsburg asal Jerman berada di pihak lainnya.

Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin hari semakin meningkat, hingga akhirnya suatu pembunuhan pada tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan. 

Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang terhadap Austria-Hungaria. 

Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki peperangan. Sumbu sudah dinyalakan. Bahkan sebelum perang dimulai, Dewan Jenderal Jerman telah membuat rencana dan memutuskan untuk menguasai Prancis melalui serangan mendadak. Untuk mencapai tujuan ini, orang-orang Jerman memasuki Belgia dan kemudian melintasi perbatasan memasuki Prancis. Menanggapi dengan cepat, pasukan Prancis menghentikan pasukan Jerman di tepi Sungai Marne dan memulai suatu serangan balik.

Situasi sebuah parit perlindungan.
Parit PD 1

Perang Dunia menjadi terkenal dengan peperangan parit perindungannya, di mana sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan hanya bisa bergerak sedikit karena pertahana yang ketat. Ini terjadi khususnya terhadap Front Barat. Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang, dan hampir sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak sengaja dalam suatu pertempuran.

Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur.

Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana. Dalam beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu. Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih banyak.

Strategi Jerman
Pasukan Jerman

Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak Tentara Prancis sehingga melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn memperkirakan bahwa setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang serdadu Prancis. 

Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan serdadunya untuk "keluar dari parit mereka," namun tiap serdadu yang melakukannya justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun. 

Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang mati demi selusin kilometer. 

Balasan Inggris
Perang Dunia 1

Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam.Rencana Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja dan kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu minggu. 

Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira Inggris memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama pengeboman tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman parit persembunyian mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu Inggris bergerak melintasi garis depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka dengan senapan mesinnya. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang mencoba merangkak mundur.

Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11 kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.

Jumlah Korban
pasukan PD1
 
* Belgia: 13.700
* Kekaisaran Britania: 908.000
o Australia: 60.000
o Kanada: 55.000
o India: 25.000
o Selandia Baru: 16.000
o Afrika Selatan: 7.000
o Inggris: 715.000
* Perancis: 1.354.000
* Yunani: 5.000
* Italia: 650.000
* Jepang: 300
* Rumania: 336.000
* Rusia: 1.700.000
* Serbia: 450.000
* AS: 50.600

Kekuatan As ( Axis Powers ): 3.382.500
* Austria-Hungaria: 1.200.000
* Bulgaria: 87.500
* Jerman: 1.770.000
* Kerajaan Ottoman: 325.000
Warga sipil: 6.493.000
* Austria: 300.000
* Belgia: 30.000
* Inggris: 31.000
* Bulgaria: 275.000
* Perancis: 40.000
* Jerman: 760.000
* Yunani: 132.000
* Rumania: 275.000
* Rusia: 3.000.000
* Serbia: 650.000
* Kerajaan Ottoman: 1.000.000
Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia saja, berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di pertempuran ketiga saja. Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya untuk maju beberapa kilometer.
Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya alasan kuat, menelan nyawa orang tak bersalah yang tak terhitung banyaknya. Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus meninggalkan rumahnya.


Akhir perang
Kekalahan Jerman di Front Barat mengakibatkan kehidupan rakyat semakin bertambah susah. Keadaan Jerman seperti ini menimbulkan gerakan dari kaum komunis (spartacis) yang hendak menggulingkan pemerintahan. Jerman menghadapi serangan dua kali yaitu dari pihak sekutu dan pemberontakan dari kaum komunis. Karena serangan itu Jerman terpaksa menyerah pada tahun 1918. Hitler menamakan gerakan spartacis itu sebagai tusukan pisau dari belakang punggung Jerman, yang menyebabkan Kaisar Wilhelm II turun takhta dan pemerintahan dipegang oleh Elbert (beraliran sosialis). Akhirnya, Jerman dijadikan republik dan selanjutnya menyerah kepada pihak sekutu.

Sementara itu di Austria timbul pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kaum komunis dan kaum Slavia, yang mengakibatkan Kaisar Karl (pengganti Kaisar Frans Joseph II) terpaksa turun takhta tahun 1918 sehingga Austria-Hongaria menjadi republik.

Setelah Perang Dunia I berakhir, baik negara-negara yang menang perang maupun yang kalah perang sibuk mengadakan perjanjian-perjanjian damai seperti : Perjanjian Versailles, Perjanjian St.Germain, Perjanjian Neuilly, Perjanjian Trianon, dan Perjanjian Sevres.

Korban PD1

Pada tahun 1918, Perang Dunia I akhirnya berakhir, setelah empat tahun serangan tanpa guna di tangan tentara Jerman, Prancis, dan Inggris. Namun perdamaian ini, yang dinyatakan pada jam 11 pagi, hari kesebelas dari bulan kesebelas, tidak membawa kebahagiaan untuk siapa pun. Ratusan ribu serdadu menjadi cacat. Sebagian lainnya terbukti tidak mampu mengatasi dampak kejiwaan karena perang setelah tinggal di dalam parit yang penuh dengan lumpur, kotoran, dan mayat. Bentuk trauma yang dikenal sebagai “shell shock” atau “kejutan bom” sangat umum di antara para veteran perang, dan hal ini menyebabkan penderitanya mengalami serangan ketakutan dan goncangan yang berat. Rasa takut akan dibom, yang mereka alami setiap hari selama empat tahun berturut-turut, telah terukir di benak mereka. Ada beberapa penderita yang merasa harus segera bersembunyi hanya karena kata ‘bom’ disebutkan. Beberapa veteran bahkan merasa ngeri setiap kali mereka melihat seragam. Puluhan ribu serdadu juga kehilangan satu atau lebih anggota badannya dalam perang ini. Serdadu ini adalah tentara yang mata, dagu, atau hidungnya menjadi cacat selama pengeboman, sehingga topeng khusus diciptakan di Eropa untuk menyembunyikan wajah mereka yang cacat. Hanya berlaku disatu tempat.

Korban PD 4

Derita yang parah akibat Perang Dunia I juga tercermin di dalam karya seni. Hasil karya sesudah perang menggambarkan kesakitan dan penyakit jiwa. Karya-karya ini tidak hanya mencerminkan keadaan jiwa sang seniman, namun juga keadaan jiwa seluruh generasi tersebut. Generasi yang merasakan akibat kesengsaraan perang yang sangat mendalam ini kemudian dijuluki "Generasi yang Hilang."

Perang Diponegoro (Korban 200 Ribu Orang)

Pangeran Diponegoro lahir sekitar 1785. Pangeran ini merupakan putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III yang memerintah pada tahun 1811 hingga 1814.Ibunya bernama, Raden Ayu Mangkarawati, yang merupakan keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. (Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89). Kondisi kraton ketika itu penuh dengan intrik dan persaingan akibat pengaruh Belanda.
Ilustrasi


Sebab itulah sejak kecil Diponegoro yang bernama asli Pangeran Ontowiryo dikirim ibunya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.Diponegoro belajar mengenai Islam kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29). Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Penolakan ini disebabkan karena untuk menjadi seorang Raja yang mengangkat adalah orang Belanda.

Sehingga Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Keputusan ini merupakan hasil perenungannya di pantai Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).

Perang besar

Dalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19,. Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menurut Steenbrink meyepakati bahwa perang Dipnegoro lebih bersifat perang anti kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurang adilan di masyarakat Jawa 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja tetapi juga untuk kepentingan Belanda.

Alasan lebih filosofis dalam perang melawan belanda yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, “Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat.”

Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi” (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa).

Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro. Disamping itu 90 persen pangeran Kasultanan Yogyakarta juga ikut mendukung Diponegoro.

Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.

Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial bahkan hampir membangkrutkan VOC. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, sementara separuh penduduk Yogyakarta terbunuh.

Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jurbahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia.

Perang Vietnam

Pada tanggal 2 September 1945 di Hanoi, Ho Chi Minh secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam. Ketika para komunis di Vietnam Selatan Viet Minh mengikutsertakan pemerintahan kolonial Perancis pada perang gerilya, bermula tepat setelah deklarasi kemerdekaan tersebut, Ho Chi Minh, pada posisinya sebagai pemimpin pergerakkan kemerdekaan di Vietnam Utara, memutuskan untuk bernegosiasi dengan Perancis. Alasannya adalah : pada waktu itu lebih dari 180.000 pasukan nasionalis Cina di Vietnam Utara; Viet Minh di Vietnam Utara merasa secara simultan liberalisasi mereka untuk melawan kekuatan dari kolonial Perancis dan pasukan Cina.

Pada tahun 1946, setelah Perancis membangun kembali pemerintahan kolonial mereka di Vietnam, para nasionalis Cina setuju diberlakukannya kembali pasukan Cina dari Vietnam. Hal ini telah terjadi, Viet Minh menambah serangan mereka terhadap kekuatan kolonial Perancis dan memasangnya juga di bagian Selatan dan Utara Vietnam. Ketika Perancis berhasil dalam menahan kota dibawah kekuasaan mereka, peraturan di daerah pedalaman makin bertambah karena Viet Minh.

20 November 1953, kekuatan kolonial Perancis menempatkan sebanyak 16.000 pasukannya di Bien Phu, yaitu sebuah lembah pegunungan di sepanjang perbatasan Vietnam Utara dan Laos Utara. Dari Dien Bien Phu, Perancis bermaksud untuk mengawasi daerah perbatasan di antara kedua negara. Hal ini dianggap perlu karena Viet Minh melakukan pergerakan komunis dilengkapi dengan persenjataan di Laos, Pathet Lao.

Militer Perancis percaya bahwa Lembah Dien Bien Phu yang memiliki panjang 19 kilometer dan lebar 13 kilometer, aman dari serangan Viet Minh. Namun pada minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, pasukan Vietnam dibawah pimpinan Jenderal Giap, menyiapkan penyerangan ke Dien Bien Phu. Dengan bantuan lebih dari 200.000 orang kuli pengangkut barang, Viet Minh mengatur pengangkutan artileri berat ke gunung-gunung yang mengelilingi lembah Dien Bien Phu.

Pada bulan Maret 1954, Viet Minh memulai penyerangan mereka terhadap pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Pada tanggal 7 Mei 1954, mereka berhasil menaklukan pusat komando Perancis. 9.500 anggota pasukan kolonial Perancis ditangkap. Ini merupakan kekalahan paling buruk dalam sejarah pasukan kolonial Perancis.

Lebih dari 20.000 orang Viet Minh dan lebih dari 3.000 orang Perancis terbunuh dalam pertempuran di Dien Bien Phu. Perang antara Viet Minh dengan Perancis yang berlangsung selama sembilan tahun, telah menelan korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari satu juta warga sipil, 200.000 hingga 300.000 orang Viet Minh dan lebih dari 95.000 anggota pasukan kolonial Perancis telah kehilangan nyawanya.

Pada tanggal 20 Juli 1954 di Jenewa, negosiator Viet Minh dan Perancis setuju membagi Vietnam menjadi dua negara bagian : komunis Vietnam Utara dan kapitalis Vietnam Selatan.

Pada tahun 1959-1963, setelah gerilya komunis Vietnam Selatan dapat menjatuhkan pemerintahan Diem, pemerintahan komunis Vietnam Utara mengendalikan jalannya konfrontasi militer. Lebih dari 40.000 gerilya Vietnam Utara masuk ke wilayah selatan, dan memberikan persenjataan dan amunisi kepada komunis Vietnam Selatan, yang dibawa melalui jalan-jalan kecil Ho Chi Minh di wilayah Laos dan Kamboja.

Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan 100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara.

Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.

Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan pada Perang Dunia II. Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah orang dari kota-kota.

Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam. Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan berjumlah 1,5 juta orang. Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan.

Pada tanggal 1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam.

Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS. Setelah serangan Tet, pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan militer terhebat.
Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam.

Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam. Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam.

Tanggal 30 Maret 1972, terjadi serangan komunis, tapi bukan oleh Vietkong melainkan oleh pasukan Vietnam Utara yang melewati garis demarkasi (17 derajat garis lintang utara) melanggar wilayah Vietnam Selatan. Pengeboman yang dilakukan secara terus-menerus oleh pesawat tempur AS, telah menyebabkan mundurnya pasukan Vietnam Utara.

Pada tanggal 27 Januari 1973, persetujuan gencatan senjata ditandatangani di Paris dan mulai diberlakukan sejak hari itu. Pada bulan Maret 1973, pasukan terakhir Amerika, meninggalkan Vietnam.

Dua tahun kemudian, Vietnam Utara dan kekuatan komunis Selatan memulai serangan dengan maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan. Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1975, pasukan Vietnam Utara menduduki Saigon dan mengakibatkan berakhirnya perang yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
 
ajang perang Vietnam, persenjataan telah makin berkembang termasuk penggunaan pesawat-pesawat tempur jet yang bahkan telah memasuki era jet supersonik. AS menggunakan F-105 dan F-4 Phantom untuk menghadapi pesawat Rusia yang terdiri dari MiG-17 dan MiG-21.

Pada perang Vietnam inilah untuk pertama kali digunakan secara besar-besaran surface-to-air missile (SAM) sebagai salah satu komponen penting dalam sistim pertahanan udara. Teknologi elektronik juga menjadi sangat berpengaruh dalam perang ini dengan mulai banyak digunakannya bom laser-guided maupun yang optically-guided. Demikian pula penggunaan sistem deteksi rudal serta radar-jamming countermeasures. Juga roket baik yang air-to-air maupun yang air-to-ground.

Penggunaan kapal induk sebagai pangkalan pesawat-pesawat tempur menjadi begitu berperan dibanding dengan apa yang dilakukan pada Perang Dunia Kedua. Disamping itu dalam Perang Vietnam inilah dikembangkan sistem pengisian bahan bakar pesawat di udara oleh pesawat terbang tanker sebagai upaya AS dalam meningkatkan radius of action serta kemampuan manuver pesawat-pesawat tempurnya dalam melawan pesawat-pesawat produk Rusia.

Dalam ajang Perang Vietnam terlihat AS agak kewalahan dalam menghadapi keampuhan pesawat-pesawat tempur buatan Rusia. Untuk air-to-air combat Vietnam menggunakan MIG-17 dan MiG-19, sementara AS mengandalkan F-4 Phantom-nya. Pesawat AS lainnya yang banyak terlibat dalam perang Vietnam antara lain F-100, OV-10 Bronco, C-123, C-130 dan C-7 Trash Haulers, selain itu digunakan pula F-105, F-111 dan B-52 sebagai pembom.

Pada Perang Vietnam ini pulalah pesawat helikopter meningkat menjadi senjata tempur yang signifikan dengan pengembangan perannya dalam misi-misi observasi, combat tactical transport dan combat medical evacuation.
Tercatat pula dalam perang Vietnam ini, pengembangan pesawat C-47 Dakota yang dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm di ekornya, sangat banyak membantu gerakan pasukan darat di bawah, pesawat ini dikenal kemudian dengan C-47 gun-ship. Pada perang ini Rusia menggelar 2.300 surface-to-air missiles, ribuan penangkis serangan udara berbagai kaliber serta tidak kurang dari 180 pesawat MiG

Thariq Bin Ziyad

Mendung   hitam   menggelayut  di  atas  bumi  Spanyol.  Eropa  sedang dikangkangi  oleh  penjajah,  Raja  Gotik  yang  kejam.  Wanita merasa terancam  kesuciannya,  petani  dikenakan pajak tanah yang tinggi, dan banyak lagi penindasan yang tak berperikemanausiaan. Raja  dan  anteknya  bersuka ria dalam kemewahan sedang rakyat merintih dalam  kesengsaraan. Sebagian besar penduduk yang beragama Kristen danYahudi,  mengungsi  ke Afrika, berharap mendapat ketenangan yang lebih menjanjikan. Dan saat itu Afrika, adalah sebuah daerah yang makmur dan mempunyai  toleransi  yang  tinggi  karena  berada  di  bawah  naungan pemerintahan Islam.
Satu  dari  jutaan  pengungsi  itu  adalah Julian, Gubernur Ceuta yang putrinya  Florinda  telah  dinodai Roderick, raja bangsa Gotik. Mereka memohon  pada  Musa  bin  Nusair,  raja  muda  Islam  di  Afrika untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang lalim itu. Setelah  mendapat  persetujuan Khalifah, Musa melakukan pengintaian kepantai  selatan  Spanyol. Bulan Mei tahun 711 Masehi, Tariq bin Ziyad, budak Barbar yang juga mantan pembantu Musa bin Nusair memimpin 12.000 anggota  pasukan  muslim  menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropa.
Begitu  kapal-kapal  yang  berisi  pasukannya mendarat di Eropa, Tariq mengumpulkan  mereka  di  atas sebuah bukit karang, yang dinamai Jabal Tariq  (karang Tariq) yang sekarang terkenal dengan nama Jabraltar. Diatas bukit karang itu Thariq memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka. Tentu  saja  perintah  ini membuat prajuritnya keheranan. “Kenapa Andalakukan ini?” tanya mereka. “Bagaimana kita kembali nanti?” tanya yang lain.
Namun  Tariq  tetap pada pendiriannya. Dengan gagah berani ia berseru,”Kita  datang  ke  sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan,menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid. Keberanian  dan  perkataannya yang luar biasa menggugah Iqbal, seorangpenyair   Persia,  untuk  menggubahnya  dalam  sebuah  syair  berjudul”Piyam-i Mashriq”: “Tatkala  Tariq membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol), Prajurit-prajurit  mengatakan,  tindakannya tidak bijaksana. Bagaimanabisa  mereka  kembali  ke  negeri Asal, dan perusakan peralatan adalahbertentangan  dengan hukum Islam. Mendengar itu semua, Tariq menghunus pedangnya,  dan  menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Alloh adalah kampung halaman kita.”
Kata-kata  Tariq  itu  bagaikan  cambuk yang melecut semangat prajuritmuslim  yang  dipimpinnya.  Bala  tentara muslim yang berjumlah 12.000 orang  maju  melawan  tentara  Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan   Kristen   jauh   lebih   unggul  baik  dalam  jumlah  maupun persenjataan. Namun  semua  itu  tak mengecutkan hati pasukan muslim.
Tanggal  19  Juli tahun 711 Masehi, pasukan Islam dan Nasrani bertemu, keduanya  berperang  di  dekat  muara sungai Barbate. Pada pertempuran ini,  Tariq  dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, hingga Raja  Roderick  tenggelam  di  sungai  itu. Kemenangan Tariq yang luar biasa  ini,  menjatuhkan semangat orang-orang Spanyol dan semenjak itu mereka  tidak  berani  lagi  menghadapi  tentara Islam secara terbuka.
Tariq  membagi  pasukannya  menjadi  empat  kelompok, dan menyebarkan mereka  ke Kordoba, Malaga, dan Granada. Sedangkan dia sendiri bersamapasukan  utamanya  menuju  ke Toledo, ibukota Spanyol. Semua kota-kota itu  menyerah tanpa perlawanan berarti. Kecepatan gerak dan kehebatanpasukan  Tariq  berhasil melumpuhkan orang-orang Gotik.
Rakyat Spanyol yang   sekian   lama   tertekan   akibat   penjajahanbangsa  Gotik, mengelu-elukan  orang-orang  Islam.  Selain  itu, perilaku  Tariq dan orang-orang   Islam   begitu  mulia  sehinggamereka  disayangi  oleh bangsa-bangsa  yang ditaklukkannya.
Salah satu pertempuran paling seru terjadi  di  Ecija,  yang membawakemenangan bagi pasukan Tariq. Dalam pertempuran  ini,  Musa bin Nusair, atasannya, sang raja muda Islam di Afrika  ikut  bergabung dengannya.
Selanjutnya,  kedua  jenderal itu bergerak  maju  terus berdampingan dan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun   seluruh  dataran  Spanyol jatuh  ke  tangan  Islam.  Portugis ditaklukkan  pula  beberapa tahun kemudian.
“Ini merupakan perjuangan utama  yang  terakhir  dan  paling sensasional bagi bangsa Arab itu,” tulis Phillip K.Hitti, “dan membawa masuknya wilayah Eropa yang paling luas  yang  belum  pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol   ini  telah  mendapat tempat  yang  unik  di  dalam  sejarah peperangan  abad  pertengahan.”
 
Penaklukkan  Spanyol oleh orang-orang Islam  mendorong timbulnya revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar  diakui. Ketidak toleranan  dan  penganiayaan  yang  biasa dilakukan orang-orang Kristen, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan  hati yangluar biasa.
Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu,  sehingga  jika tentara  Islam  yang  melakukan  kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang  disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat  jitu yang  dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki  hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas   mendapat   kesempatan  yang  sama  dalam  pelayanan  umum.
Pemerintahan  Islam  yang  baik  dan  bijaksana  ini membawa efek luar biasa.  Orang-orang  Kristen  termasuk  pendeta-pendetanya  yang  pada mulanya  meninggalkan  rumah  mereka  dalam keadaan ketakutan, kembali pulang  dan  menjalani  hidup yang bahagia dan makmur. Seorang penulis Kristen   terkenal  menulis:  “Muslim-muslim  Arab  itu  mengorganisir kerajaan  Kordoba  yang baik adalah sebuah keajaiban Abad Pertengahan, mereka  mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan  kepada  dunia  Barat.  Dan  saat  itu Eropa sedang dalam kondisi  percekcokan  dan  kebodohan  yang  biadab.”
Tariq  bermaksud menaklukkan   seluruh   Eropa,   tapi  Alloh menentukan  lain.  Saat merencanakan  penyerbuan  ke  Eropa,  datang panggilan dari Khalifah untuk  pergi  ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Tariq memenuhi  panggilan  Khalifah  dan berusaha tiba  seawal  mungkin di Damaskus.  Tak  lama  kemudian, Tariq  wafat di  sana. Budak Barbar, penakluk  Spanyol, wilayah Islam terbesar di Eropa yang selama delapan abad di bawah kekuasaan Islam telah memenuhi panggilan Rabbnya. Semoga Alloh merahmatinya.

Sisingamangaraja XII (1845 – 1907) Pejuang Islam yang Gigih

Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia tokoh pemersatu. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dia memang bukan raja pertama di sana. Pemerintahan masa sebelum itu dikenal dengan nama bius. Satu bius merupakan kumpulan sekitar tujuh horja. Sedangkan satu horja terdiri dari 20 huta atau desa yang punya pimpinan sendiri. Ada Bius Toba, Patane Bolon, Silindung dan sebagainya.

Dari 12 orang yang melanjutkan dinasti Sisingamangaraja, Singamangaraja XII merupakan raja paling populer dan diangkat sebagai pahlawan nasional sejak 9 November 1961. Lukisan dirinya yang dibuat Augustin Sibarani yang kemudian tercetak di uang Rp 1.000 yang lama, merupakan satu-satunya “foto” diri Sisingamangaraja. Dia naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Singamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon.

Penobatan Si Singamangaraja XII sebagai Maharaja di negri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka). Belanda merasa perlu mengamankan modal asing yang beroperasi di Indonesia yang tidak mau menandatangani Korte Verkaring ( perjanjian pendek) di Sumatra terutama Aceh dan Tapanuli. Kedua konsultan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Belanda sendiri berusaha menanamkan monopilinya di kedua kesultanan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan peperangan yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.

Satu yang masih terus jadi bahan diskusi hingga hari ini, adalah agama yang anutan Sisingamangaraja XII. Sebagian yakin, dia penganut kepercayaan lama yang dianut sebagian besar orang Batak. Mirip dengan dua agama besar dunia Islam dan Kristen, agama Batak hanya mengenal satu Yang Maha Kuasa, Debata Mulajadi Na Bolon atau Ompu Mulajadi Nabolon. Sekarang agama Batak lama sudah ditinggalkan, walau tentu saja kepercayaan tradisional masih dipertahankan.

Daya tempur yang sangat lama ini karena di tunjang oleh ajaran agama islam. Hal ini jarang jarang di kemukakan oleh para sejarawan, karena merasa kurang relevan dengan predikat Pahlawan Nasional. Atau karena alasan-alasan lain merasa kurang perlu membicarakanya. Kalau toh mau membicarakan tentang agama yang di anut oleh Si Singamangaraja XII, mereka lebih cenderung untuk mengakui Si Singamangaraja XII beragama Pelbagu. Pelbagu semacam agama animisme yang mengenal pula pemujaan dewa. Debata Mulajadi sebagai mahadewa. Juga mengaenal ajaran Trimurti: Batara Guru (dewa kejayaan), Debata Ser

Satu hal yang sukar diterima adalah bila Si Singamangaraja XII beragama animisme, karena kalu kita perhatikan Cap Si Singamangaraja XII yang bertuliskan huruf arab berbunyi; Inilah Cap Maharaja di negri Toba kampung Bakara kotanya. Hijrah Nabi 1304. Pada cap tersebut terlihat jelas penggunaan tahun hijriah Nabi. Hal ini memberikan gambaran tentang besarnya pengaruh ajaran Islam yang menjiwai diri Si Singamangaraja XII. Adapun huruf batak yang masih pula di abadikan, adalah sama dengan tindakan Pangeran Diponegoro yang masih mengguakan huruf jawa dalam menulis surat.

Begitu pula kalau kita perhatikan bendera perangnya. Terlihat pengaruh Islam dalam gambar kelewang, matahari dan bulan. Akan lebih jelas bila kita ikuti keterangan beberapa majalah atau koran Belanda yang memberitakan tentang agama yang di anut oleh Si Singamangaraja XII, antara lain; Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam jizn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op jizn ongeving uit om zich te bekeeren. ( Sukatulis, 1907, hlm, 1)

Menurut kabar-kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud Titularis adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu memeluk agama Islam yang fanatik, demikian pula dia meneka supaya orang-orang sekelilingnya menukar agamanya. Berita di atas ini memberikan data kepada kita bahwa Si Singamangaraja XII beragama Islam. Selain itu, di tambahkan pula tentang rakyat yang tidak beragama Islam, dan Si Singamangaraja XII tidak mengadakan paksaan atau penekanan lainnya. Hal ini sekaligus memberikan gambaran pula tentang penguasaan Si Singamangaraja XII terhadap ajaran agama itu sendiri.

Mohammad Said, dalam bukunya Sisingamangaraja XII menyatakan kemungkinan benar bahwa Sisingamangaraja seorang Muslim. Pedomannya berasal dari informasi dalam tulisan Zendeling berkebangsaan Belanda, J.H Meerwaldt, yang pernah menjadi guru di Narumonda dekat Porsea. Meerwaldt mendengar Sisingamangaja sudah memeluk Islam.

Di majalah Rheinische Missionsgessellschaft tahun 1907 yang diterbitkan di Jerman yang menyatakan, bahwa Sisingamangaraja, kendati kekuatan adi-alamiah yang dikatakan ada padanya, dapat jatuh, dan bahwa demikian juga halnya dengan beralihnya dia menjadi orang Islam dan hubungannya kepada orang Aceh.

Hubungan dengan Aceh ini terjadi Belanda menyerang Tanah Batak pada tahun 1877. Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam latihan perang Keumala.

Pertukaran perwira dilakukan. Perwira terlatih Aceh ikut dalam pasukan Sisingamangaraja XII untuk membantu strategi pemenangan perang, sementara perwira Batak terus dilatih di Aceh. Salah satunya Guru Mengambat, salah seorang panglima perang Sisingamangaraja XII. Guru Mengambat mendapat gelar Teungku Aceh.

Informasi itu berdasarkan Kort Verslag Residen L.C Welsink pada 16 Agustus 1906. Dalam catatan itu disebutkan, seorang panglima Sisingamangaraja XII bernama Guru Mengambat dari Salak (Kab. Pakpak Hasundutan sekarang) telah masuk Islam. Informasi ini diperoleh oleh Welsink dari Ompu Onggung dan Pertahan Batu.

Dalam sebuah surat rahasia kepada Departement van Oorlog, Belanda, Letnan L. van Vuuren dan Berenshot pada tanggal 19 juli 1907 menyatakan, Dat bet vaststaatdat de oude S .S. M. Met zijn zonns tot den Islam waren over gegaan, al zullen zij wel niet Mohamedan in merg en been geworden zijn/ Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya.

Surat Kabar Belanda Algemcene Handeslsblad pada edisi 3 Juli 1907, sebagaimana dinyatakan Mohammad Said dalam bukunya, menuliskan, “Menurut kabar dari pendudukan, sudahlah benar raja yang sekarang (maksudnya Sisingamangaraja) semenjak lima tahun yang lalu telah memeluk Islam. Tetapi dia bukanlah seorang Islam yang fanatik, demikian pula dia tidak menekan orang-orang di sekelilingnya menukar agamanya”.

Informasi ini semakin menguatkan dugaan Sisingamangaraja XII telah memeluk Islam. Apalagi terlihat pola-pola Islam dalam pola administrasi pemerintahannya, misalnya bendera dan stempel.

Bendera Sisingamangaraja XII yang berwarna merah dan putih., berlambang pedang kembar, bulan dan bintang, mirip dengan bendera Arab Saudi sekarang. Bedanya bulan dalam bendera Sisingamangaraja XII yang terletak di seblah kanan pedang merupakan bulan penuh atau bulan purnama, bukan bulan sabit. Sedangkan bintang yang terletak di sebelah kiri memiliki delapan gerigi, bukan lima seperti yang biasa terlihat di mesjid dalam lambang tradisi Islam lainnya. Namun benda bergerigi delapan itu bisa juga diartikan sebagai matahari.

Bagian luar stempel Sisingamangaraja yang mempunyai 12 gerigi pinggiran juga menggunakan tarikh Hijriah dan huruf Arab. Namun huruf Arab itu untuk menuliskan bahasa Batak, “Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304”. Sedangkan aksara bataknya menuliskan Ahu Sahap ni Tuwan Singa Mangaraja mian Bakara, artinya Aku Cap Tuan Singa Mangaraja Bertakhta di Bakara.

“Sebenarnya bendera dan stempel itu sudah mencirikan corak Islam dalam pemerintahan Sisingamangaraja. Dengan demikian kuat kemungkinan dia sudah memeluk Islam, tetapi tidak ada data otentik jadi tidak bisa dipastikan kebenarannya,” kata Ketua Majelis Ulama Sumut H Mahmud Azis Siregar.

Keterangan lebih mendalam disampaikan, Dada Meuraxa dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara. “Sisingamangaraja XII sudah masuk Islam dan disunatkan di Aceh waktu beliau datang ke Banda Aceh meminta bantuan senjata,” kata Meuraxa.

Dalam buku itu Meuraxa menyebutkan, keterangan itu berdasarkan pernyataan seorang sumber, Tuanku Hasyim, yang mengutip pernyataan bibi-nya yang juga istri Panglima Polem yang menyaksikan sendiri upacara tersebut di Aceh.

“Walaupun belum cukup fakta-fakta Sisingamangaraja seorang Islam, tetapi gerak hidupnya sangat terpengaruh cerita Islam. Sampai kepada cap kerajaannya sendiri tulisan Arab. Benderanya yang memakai bulan bintang dan dua pedang Arab ini pun memberikan fakta terang,” tulis Dada Meuraxa.

Singamangaraja XII sendiri bernama Ompu Pulobatu, lahir pada 18 Februari 1845 dan meninggal 7 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di Dairi. Sebuah peluru menembus dadanya. Menjelang nafas terakhir, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel itu, dia tetap berucap, “Ahuu Sisingamangaraja”.

Ucapan itu identik dengan kegigihannya berjuang.Turut tertembak juga waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian. Sedangkan sisa keluarganya ditawan di Tarutung. Itulah akhir pertempuran melawan penjajahan Belanda di tanah Batak sejak tahun 1877. Sisingamangaraja sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung. Makamnya baru dipindahkan ke Soposurung, Balige seperti sekarang ini sejak 17 Juni 1953.

Ummu Athiyyah (Pejuang Islam nan Gigih)

Nama aslinya Nusaibah binti Al-Harits. Namun lebih dikenal dengan sebutan Ummu Athiyyah Al-Anshariyah.

Nama Ummu Athiyyah terkenal, karena termasuk perempuan dari golongan Anshar yang bersemangat menyambut kedatangan Islam di Madinah. Dengan mantap Ummu Athiyyah menyatakan dirinya masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah SAW.

Setelah memeluk Islam, Ummu Athiyyah taat menjalankan ibadah, dan menyatakan hidupnya berjuang untuk Islam. Hal ini dibuktikan dengan tujuh peperangan kaum Muslim melawan orang-orang musyrikin yang selalu diikuti oleh Ummu Athiyyah.

Dia turun langsung ke medan perang membantu Rasulullah dan kaum Muslimin. Kiprahnya dengan cara menyiapkan makanan bagi pasukan, memberi minum, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit. Di antaranya, Ummu Athiyyah tampil di medan Perang Khaibar.

Seperti diriwayatkan Imam Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah dari Ummu Athiyah Al-Anshariyah RA, ia berkata, "Aku pernah keluar berjihad bersama-sama Rasulullah SAW sebanyak tujuh peperangan. Aku menjaga kemah-kemah mereka, memasak makanan buat mereka, mengobati orang-orang yang luka, dan membantu orang-orang tua yang sudah tidak terdaya lagi." (Al-Muntaqa).

Selain gigih berperang membela agama Allah, Ummu Athiyah termasuk tokoh perempuan terkemuka di Madinah yang dekat dengan Rasulullah. Banyak hadis, terutama berkaitan dengan perempuan yang diriwayatkan melalui Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah.

Seperti ketika Zainab, putri Rasulullah SAW meninggal dunia. Mereka belum mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah, mengafani, hingga pemakaman.

Ummu Athiyyah menceritakan kejadian itu, bahwa salah seorang putri Rasulullah SAW meninggal. Beliau menyuruh mereka memandikannya. "Mandikanlah dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalian pandang perlu. Mandikan jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur dengan sedikit kapur barus. Kalau sudah selesai, beritahu aku," kata Rasulullah.

Ketika selesai memandikan jenazah Zainab, Ummu Athiyyah memberitahu Rasulullah SAW. "Lalu beliau memberikan sarungnya pada kami, 'Pakaikanlah sarung ini padanya!' Setelah itu, kami menjalin rambut Zainab menjadi tiga jalinan, di sisi kanan, dan kiri serta di ubun-ubunnya. Lalu kami letakkan jalinan rambut itu di belakang punggungnya," tuturnya.

Kisah ini memberikan pelajaran besar bagi kaum Muslimin tentang tata cara memandikan jenazah. Banyak sahabat, dan ulama tabi'in yang mengambil faedah dari kisah ini.

Sunah Fitrah

Lima hal yang termasuk sunnah fitrah: Mencukur bulu kemaluan, berkhitan, memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” (HR Jama’ah)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepada para nabi-Nya berbagai sunnah dan menyuruh kita agar meneladani mereka dalam melaksanakan sunnah-sunnah ini. Hal ini merupakan bagian dari syiar atau lambang jati diri yang bertujuan untuk membedakan suatu umat dengan umat yang lain. Ketentuan-ketentuan seperti ini disebut dengan sunnah-sunnah fitrah. Di antara sunnah-sunnah tersebut adalah:

1.       Berkhitan
Berkhitan adalah memotong kulit yang menutupi kepala zakar (baca: kemaluan laki-laki). Tujuannya adalah agar kotoran tidak menumpuk di dalamnya; untuk memastikan semua air kencing yang keluar; dan untuk menambah kenikmatan pada saat bersetubuh. Inilah khitan yang diwajibkan bagi kaum laki-laki. Sedangkan bagi perempuan, khitan dilakukan dengan memotong bagian atas yang tampak di permukaan kemaluan.[1] Khitan merupakan satu amalan yang sudah lama dipraktikkan sejak dulu. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

“Nabi Ibrahim –Kekasih Allah Yang Maha Penyayang- berkhitan setelah berusia delapan puluh tahun dan beliau berkhitan dengan menggunakan kampak.”(HR Bukhari).

Mayoritas ulama berpendapat, hukum berkhitan adalah wajib. Sedangkan Syafi’i berpendapat bahwa khitan hendaknya dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran. Asy Syaukani berkata, “Tidak ada ketentuan waktu dalam berkhitan, dan juga tidak ada dalil yang menyatakan kewajiban khitan.”

2.       Mencukur bulu kemaluan

3.       Mencabut bulu ketiak.
Mencukur bulu kemaluan dan bulu ketiak merupakan amaliah fithriyyah dan dapat dilakukan dengan cara menggunting, memotong, mencabut atau mencukurnya.

4.       Memotong kuku.

5.       Memendekkan kumis atau menipiskannya.
Memotong kuku dan memendekkan kumis merupakan amalan sunnah berdasarkan pada riwayat hadits sahih. Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Bedakanlah identitas kalian dengan kaum musyrikin; panjangkan janggut dan tipiskan kumis.” HR Bukhari dan Muslim

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Lima perkara yang termasuk fitrah. yaitu berkhitan, memotong bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan memotong kumis.”

Berdasarkan pada dua hadits di atas, dapat dipahami bahwa di sana tidak ada ketentuan yang jelas berkaitan dengan memotong kumis ataupun menipiskannya. Jadi, baik memotong atau menipiskan kumis, keduanya termasuk amaliyyah fitriyyah, karena hal yang sedemikian bertujuan agar kumis tidak terlalu panjang sehingga menyebabkan makanan atau minuman menempel padanya. Selain itu, juga agar kotoran tidak menumpuk di situ. Dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

“Barangsiapa yang tidak mencukur atau menipiskan kumisnya, ia tidak termasuk golongan kami”.(HR Ahmad dan Nasai)

Imam Tirmidzi mengategorikannya sebagai hadits sahih.

Dianjurkan mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, mencukur atau menipiskan kumis setiap minggu untuk menjaga kebersihan, (menjaga) penampilan sehingga selalu tampak menawan dan (menumbuhkan) percaya diri. Sebab, rambut atau bulu tubuh (jika terlalu panjang)  akan menyebabkan keresahan dan kegelisahan. Meksipun dibolehkan meninggalkan semua hal tersebut selama empat puluh hari, namun setelah itu lima hal tersebut mesti dilaksanakan. Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits yang bersumber dari Anas Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi jedah waktu kepada kami untuk tidak menggunting kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan selama empat puluh malam dan tidak boleh membiarkannya lebih dari tempo itu.”(HR Ahmad dan Abu Daud).

6.    Memelihara dan Membiarkan Jenggot Hingga Lebat
Hal ini merupakan simbol kewibawaan. Jangan memotongnya terlalu pendek sehingga seakan-akan dicukur dan jangan pula dibiarkan terlalu lebat tanpa pemeliharaan sehingga terlihat tidak rapi.[8] Yang lebih baik dilakukan adalah denan mengambil jalan tengah; tidak memotongnya terlalu pendek dan juga tidak membiarkannya terlalu panjang atau lebat. Hal ini (mengambil jalan tengah) juga baik diberlakukan dalam segala hal. Di samping itu, jenggot yang lebat menunjukkan kejantanan dan kematangan. Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam Bersabda, 

Bedakanlah identitas kalian dengan kaum musyrikin; panjangkan janggut dan tipiskan kumis.(HR Bukhari Muslim).

Imam Bukhari menambahkan, “Apabila Ibnu Umar menunaikan ibadah haji atau umrah, beliau sering memegang jenggot (dengan tangannya). Jika jenggotnya melebihi dari genggaman tangannya, beliau memotongnya.”

7.   Merapikan Rambut yang Lebat dan Panjang, dengan Cara Memberinya Minyak atau Menyisirnya
Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

“Barang siapa yang mempunyai rambut, hendaknya ia memuliakannya (dengan cara merapikannya).”(HR Abu Daud).

Atha’ bin Yasar Radhiyallahu ‘Anh berkata, “Ada seorang laki-laki yang berambut kumal dan berjenggot kusut menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam Saat melihatnya, beliau memberi isyarat kepadanya, dan seolah-olah menyuruhnya supaya merapikan rambut dan jenggotnya. Laki-laki itu pun pergi untuk melaksanakan perintah Rasulullah degan melakukan apa yang telah diisyaratkan kepadanya. Setelah itu, ia datang lagi untuk menemui Rasulullah. Melihat penampilannya yang sudah rapi, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, 

Bukankah ini penampilan yang terbaik dibandingkan dengan seseorang di antara kalian yang datang kepadaku dalam keadaan rambutnya kumal, bagaikan setan?”(HR Malik).

Dari abu Qatadah Radhiyallahu ‘Anh ia mengatakan bahwa dirinya merupakan salah seorang yang berambut lebat dan panjang, yang panjangnya sampai menjulur ke bahu. Kemudian ia menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam Lantas beliau menyuruhnya agar merapikan dan menyisir rambutnya setiap hari. HR Nasai.

Imam Malik  dalam kitabnya, Al Muwaththa’, meriwayatkan dengan redaksi berikut: “Saya bertanya, Wahai Rasulullah, saya mempunyai rambut panjang hingga sampai ke bahu. Perlukah saya menyisirnya?’ Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Ya! Lebih dari itu, kamu juga harus menghormatinya (dengan cara merapikannya)!”

Abu Qatadah memberi minyak pada rambutnya sebanyak dua kali dalam sehari sebagai bentuk pelaksanaan atas perintah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berbunyi, “Hendaklah kamu senantiasa menghormatinya dengan cara merapikannya!”

Baik mencukur rambut kepala ataupun memanjangkannya, keduanya diperbolehkan, asal tetap dirawat (dan kelihatan rapi). Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh Ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Cukurlah semuanya atau biarkan semuanya!”(HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasai).

Mencukur sebagian rambut dan meninggalkan sebagian yang lain hukumnya adalah makruh tanzih. Dalilnya adalah hadits yang bersumber dari Nafi’ dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, melarang al qaza’. Lalu ada seseorang yang bertanya kepada Nafi’, “Apa yang dimaksud dengan al qaza’?” Nafi’ menjawab, “Yaitu mencukur sebagian rambut kepala seorang anak kecil, dan membiarkan sebagian yang lain.”(HR Bukhari dan Muslim).

Larangan ini juga berdasarkan hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

8. Membiarkan Uban dan Tidak Mencabutnya
Baik uban pada jenggot atau kepala. Dalam masalah ini, antara perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan, di mana keduanya dianjurkan membiarkan uban yang ada pada (rambut atau janggutnya) dan tidak mencabutnya. Dalilnya adalah hadits ‘Amar bin Syua’ib Radhiyallahu ‘Anh dari bapaknya, dari kakeknya bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kalian mencabut uban, karena ia merupakan cahaya bagi seorang Muslim. Tidaklah seorang Muslim membiarkan ubannya –selama ia masih Islam-, kecuali Allah akan mencatat baginya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat dan menghapus satu kesalahan.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).

Anas Radhiyallahu ‘Anh berkata, “Kami tidak senang dengan seorang laki-laki yang mencabut sehelai uban dari kepala dan jenggotnya.”(HR Muslim)

Diperbolehkannya Mengubah Warna Uban dengan Inai
Warna merah, warna kuning dan warna-warna yang lainnya boleh digunakan untuk menyemir rambut. Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh. Ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, 

Orang Yahudi dan Nasrani tidak mau menyemir (rambutnya yang beruban). Oleh karena itu, bedakanlah dirimu dengan cara menyemir rambutmu.”

Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anh berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

Sebaik-baik bahan untuk mengubah warna uban adalah inai dan semir.”(HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud dan Tirmidzi).

Meskipun ada juga hadits yang menyatakan makruh menyemir uban, namun para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Perbedaan pendapat ini berdasarkan pada usia, kebiasaan dan tradisi. Sebagian sahabat meriwayatkan, bahwa membiarkan uban tanpa menyemirnya adalah lebih utama, sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa menyemir uban adalah lebih utama. Di antara mereka ada yang menyemir uban dengan warna kuning; sebagian yang lain dengan menggunakan ; inai; ada yang menyemir dengan za’faran; dan ada juga sebagian sahabat yang menyemir ubannya dengan warna hitam.

Dalam kitab Fath Al Bari, al-Hafiz Ibnu Hajar menyebutkan satu riwayat dari Ibnu Syihab Az Zukhri, ia berkata, Kami biasa menyemir rambut dengan warna hitam ketika wajah masih segar. Namun, setelah wajah berkerut dan gigi telah ompong kami pun tidak menyemirnya lagi.

Jabir Radhiyallahu ‘Anh meriwayatkan sebuah hadits.Ia berkata, pada waktu penaklukan kota Makkah, Abu Quhafah –ayah Abu Bakar- menghadap kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sedangkan kepalanya laksana kapas (baca : telah beruban). Melihat itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, 

Bawalah ia kepada salah seorang istrinya supaya menyemir rambutnya, tapi jangan menggunakan warna hitam.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan Nasai).

Pada dasarnya, hadits ini bertentangan dengan keterangan-keterangan yang telah dijelaskan sebelumnya, di mana rambut yang sudah beruban dapat disemir dengan menggunakan warna apapun. Namun, pernyataan hadits ini bersifat khusu karena ini hanya dikhususkan kepada Abu Quhafah. Karenanya, hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai landasan hukum yang berlaku secara umum. Di samping itu, sebagai laki-laki yang seusia Abu Quhafah, di mana seluruh rambutnya sudah memutih hingga laksana kapas, tidak sepatutnya menyemir rambut dengan warna hitam. Perkara seperti ini memang tidak pantas dilakukan.

9. Memakai Minyak Kasturi dan Jenis Minyak Wangi Lainnya
Minyak wangi dapat menenangkan hati, melapangkan dada, menyegarkan jiwa, membangkitkan tenaga dan kegairahan dalam bekerja. Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits Anas Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

Telah ditambatkan kesenangan bagiku dalam urusan dunia; perempuan (istri), wangi-wangian, dan telah dijadikan ketenangan bagiku dalam shalat.” (HR Ahmad dan Nasai)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa yang ditawarkan padanya minyak wangi, hendaknya ia tidak menolaknya. Sebab, ia mudah dibawa dan baunya harum.”(HR Muslim, Nasai dan Abu Daud).

Dan dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata berkaitan dengan minyak wangi, “Ia adalah minyak wangi yang paling baik.”Hadits ini diriwayatkan oleh ulama hadits kecuali imam Bukhari dan Ibnu Majah.

Nafi’ berkata, Ibnu umar membakar kayu cendana tanpa dicampuri dengan angi-wangian yang lain dan ia juga pernah mencampur kayu cendana dengan kapur barus. Lantas ia berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai minyak wangi.”(HR Muslim dan Nasai).

Cara Meraih Hidayatullah

Untuk meraih hidayah Allah, setiap Muslim harus memiliki naluri spiritual, menggunakan akal dan pancaindera, yang sesuai dengan ajaran Islam. Tiga hal tersebut akan lebih lengkap jika kita kembali pada Alquran, hadis Nabi SAW, dan memakmurkan masjid.

Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adalah dengan memakmurkan masjid. Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yang terpancar dari masjid.
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS At-Taubah [9]: 18).

Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Suatu bahan yang terlihat mengilap atau kusam bergantung pada sifat dan posisi bahan itu apakah dia memantulkan, menyerap cahaya atau tidak. Cahaya dapat berbelok, dapat memantul.

Hidayah juga demikian. Cahaya hanya menembus benda yang transparan melalui kaca. Cahaya tidak dapat menembus tembok, demikian juga cahaya spiritual. Jika hati tertutup, cahaya atau hidayah Allah tidak akan masuk. Ini salah satu sebab mengapa orang ingkar dinamakan kafir. Sebab, hati mereka telah tertutup. Karena itu, bukalah pintu hati dan pikiran untuk meraih hidayah Allah.
Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.'' (QS An Nuur [24]: 35)

Kalau kita ingin pengetahuan, ingin hidayah, maka gunakan naluri kita, gunakan pancaindera dan akal kita. Akal saja tidak cukup, dia memerlukan minyak untuk menyalakan api itu. Kalau minyaknya kotor, akan lahir asap yang memburamkan cahaya. Dan minyak yang bersih akan melahirkan cahaya yang bersih pula.

Peliharalah cahaya itu agar senantiasa bersinar dan menerangi hati kita. Gunakanlah hati, pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tidak padam. Dan dari masjid kiranya hal tersebut bisa kita dapatkan. Sebab, orang yang memakmurkan masjid, berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yang berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid.

Shalawat Kunci Rahmat Ilahi

Salah satu sifat yang harus dimiliki seorang yang beriman adalah mencintai Rasulullah lebih dari kecintaan dia kepada dirinya sendiri, keluarganya, hartanya dan bahkan seluruh umat manusia. Inilah realisasi (bentuk amaliah) dari sabda Rasulullah : 

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai aku (Rasulullah) lebih ia cintai daripada anaknya, kedua orang tuanya dan seluruh umat manusia.” (HR. Muslim)

Dan di antara bentuk kecintaan kita kepada beliau adalah bershalawat, sebagaimana yang diperintahkan Allah . Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al Ahzab: 56)

Penjelasan Makna Shalawat

Di antara makna shalawat Allah kepada hamba-Nya adalah apa yang disebutkan Al Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahih-nya dari Abul ‘Aliyah. Beliau berkata:

صَلاَةُ اللهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ, وَصَلاَةُ الْمَلاَئِكَةِ الدُّعَاءِ

“Shalawat Allah kepada hamba-Nya adalah pujian-Nya kepada hamba di sisi para malaikat, sedangkan shalawat para malaikat adalah mendo’akannya.”

Ibnu Hajar Al ‘Asqalani di dalam kitabnya, Fathul Bari Bisyarhi Shahih Al Bukhari menerangkan bahwa shalawat Allah adalah rahmat dari-Nya. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa shalawat para malaikat maknanya adalah do’a adalah hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِيّ عَلَيْهِ مَادَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللََّهُمَّ اغْفِرْلَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ 
“Para malaikat senantiasa bershalawat kepada seorang hamba selama ia berada di tempat shalatnya. (Mereka mengatakan), “Ya Allah, berilah shalawat padanya. Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka bershalawat, maksudnya mendo’akan seorang hamba agar mendapat berkah dari Allah .”

Adapun makna dari ayat 56 dari surat Al Ahzab di atas adalah sebagai berikut:
Al Imam Ibnu Katsir berkata: “Bahwa Allah mengkhabarkan kepada para hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi makhluk-Nya yang tinggi. Di mana Allah memujinya di hadapan para malaikat yang dekat, dan para malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian (Allah ) memerintahkan penduduk jagat raya bagian bawah (penduduk bumi) agar bershalawat dan mengucapkan salam atasnya (Nabi Muhammad), sehingga berkumpul segala pujian atasnya dari dua penghuni alam jagat raya yang di atas dan yang di bawah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/ 508)

Al Imam Al Qurthubi berkata: “Ayat ini menunjukkan kemuliaan yang Allah berikan kepada Rasul-Nya di saat hidup dan wafatnya. Serta menyebutkan kedudukan dan mensucikannya dari jeleknya perbuatan orang-orang yang memiliki pikiran buruk terhadap beliau, atau terhadap istri-istrinya dan yang semisalnya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 14/ 232)

Asy Syaikh As Sa’di berkata: “(Dalam ayat ini) terdapat penjelasan tentang kemuliaan Rasulullah , ketinggian derajatnya, mulianya kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi makhluknya. Dan sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat, yaitu memujinya di hadapan para malaikat dan kelompok makhluk yang mulia, yang menunjukkan kecintaan-Nya kepada Nabi dan para malaikat yang dekat (dengan Allah) memberi pujian, mendo’akan serta merendahkan diri kepadanya. Maka wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam dalam rangka mengikuti Allah dan para malaikat-Nya serta sebagai balasan baginya atas sebagian hak-hak beliau atas kalian dan untuk menyempurnakan keimanan kalian. Mengagungkannya, mencintai dan memuliakannya, serta untuk menambah kebaikan-kebaikan dan menghapus kesalahan-kesalahan kalian.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671)

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi

Di antara keutamaan yang Allah dan Rasul-Nya janjikan bagi orang yang bershalawat kepada Nabinya, adalah:

1. Allah bershalawat kepada orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad .
Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلىَّ عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan shalawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)

2. Sebagai penghapus dosa-dosa dan menambah ketinggian derajat di sisi Allah .
Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّ عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطَيـَاتٍ وَرَفَعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya 10 shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan dan diangkat untuknya 10 derajat.” (HR. An Nasai, 3/50 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)

Bagaimana Cara Bershalawat Yang Benar?

Ada beberapa riwayat shahih dari Rasulullah tentang tata cara bershalawat kepada beliau. Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari (no. 3370) dan Al Imam Muslim (no. 406) dari shahabat Ka’ab bin ‘Ujrah , ia berkata: “Rasulullah keluar menuju kami, lalu kami pun berkata: “Kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Dan diriwayatkan oleh Al Imam Muslim (no. 405) dari hadits Abu Mas’ud . Ia berkata: “Rasulullah datang kepada kami dan kami bersama Sa’ad bin ‘Ubadah. Lalu Basyir bin Sa’ad berkata kepada beliau: “Allah memerintahkan kami bershalawat kepadamu wahai Rasulullah, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?” Rasulullah pun diam sehingga kami berangan-angan seandainya dia tidak menanyakannya. Lalu beliau bersabda: ‘Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Al Imam An Nawawi mengatakan dalam kitabnya, Al Adzkar: “Apabila bershalawat kepada Nabi , maka hendaklah menggabung antara shalawat dan salam, dan tidak mencukupkan salah satunya. Maka janganlah ia mengatakan: ’shallallahu ‘alaihi’ saja, dan tidak pula (hanya mengatakan) ‘alaihis salam’ saja.”

Di Mana Saja Seseorang Bershalawat, Akan Tetap Sampai Pada Rasulullah
Dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda:

لاَتَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً وَصَلُّوا عَليَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ

“Jangan kalian menjadikan kuburanku sebagai (tempat) berhari raya dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Dan bershalawatlah kepadaku di manapun kalian berada karena sesungguhnya shalawat kalian (itu) sampai kepadaku.” (HR. Abu Dawud no. 2042 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Waktu-Waktu Yang Dianjurkan Untuk Bershalawat

1. Ketika Nama Beliau Disebut
Berdasarkan hadits Al-Husain bin ‘Ali bahwa Rasulullah bersabda:

البَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang kikir adalah orang yang jika disebut namaku di dekatnya, lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil, 1/5)

Dan dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Nampak kehinaan atas seseorang di mana aku disebut di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’, 1/6)

2. Pada Hari Jum’at
Berdasarkan hadits Aus bin Aus, bahwa Rasulullah bersabda:

أَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوَْضَةٌ عَلَيَّ. قَالُوْا: كَيْفَ تُعْرَضُ عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ قَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلىَ اْلأرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَـاء
.

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari jum’at, karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku.” Mereka bertanya: “bagaimana bisa disampaikan kepadamu (sedang jasadmu telah hancur)?” beliau menjawab: Sesunggunya Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Ishaq Al-Harby dalam Gharibul Hadits dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’, 1/4 dan didukung oleh hadits-hadits yang lain)

3. Ketika Masuk Masjid
Berdasarkan hadits Fathimah ia berkata: “Adalah Rasulullah bila masuk masjid bershalawat untuk diri beliau sendiri dan berkata:

رَبِّ اغْفِرْلِي ذَنْبِيْ وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

“Wahai Rabbku ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.” (HR. At Tirmidzi, 2/314 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

4. Saat Berdoa
Berdasarkan hadits Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:

كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَى اْلنَّبِيِّ

“Setiap doa tertutup hingga bershalawat kepada nabi .” (HR. Ad Dailami, dan dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani)

5. Di Waktu Pagi Dan Petang
Berdasarkan hadits Abu Ad Darda’ bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّ عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْراً وَحِيْنَ يُمْسِي عَشْراً أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku di waktu pagi 10 kali dan di waktu sore 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Ath Thabrani dan dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihul Jami’)

Al-Munawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil tentang keutamaan shalawat dan salam kepada Rasulullah dan hal tersebut termasuk amalan yang paling afdhal dan dzikir yang paling agung dan mengikuti (perintah) Al Jabbar (Allah ) dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi”, kalau sekiranya tidak ada ganjaran lain bagi yang bershalawat kecuali mengharap syafa’atnya, maka sudah mencukupi untuk kita semua.” (Faidhul Qadir, hal. 170-171)

6. Ketika Tasyahhud Dalam Shalat
Berdasarkan hadits Fadhalah bin ‘Ubaid, ia berkata: “Rasulullah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya (ketika tasyahhud) tidak memuji Allah dan tidak pula bershalawat kepada Nabi . Maka beliau bersabda: “orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggil dan berkata kepadanya:

إِذَ صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Jika salah seorang kalian shalat, maka hendaklah dia memulai dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian bershalawat atas Nabi, lalu berdoa dengan apa yang dia kehendaki.” (HR. At Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasai, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jami’ Ash Shahih, 2/124)

7. Sesudah Adzan
Berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash bahwa Rasulullah bersabda:

إِذَ سَـمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَايَقُوْلُ, ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا, ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيْ اْلوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي اْلجَنَّةِ لاَتَنـْبَغِي إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِيَ اْلوَسـِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

“Jika kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan lalu bershalawatlah kalian kepadaku. Karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali. Lalu mintalah kepada Allah wasilah untukku karena (wasilah) itu adalah satu kedudukan (yang tertinggi-red) dalam jannah yang tidak sepantasnya (dimiliki)kecuali bagi seorang hamba diantara hamba-hamba Allah. Dan aku berharap (hamba) itu adalah aku. Maka siapa yang memintakan wasilah tersebut untukku, maka halal baginya syafa’atku.” (HR. Muslim)