Mukmin

23 April 2012

Hati Seorang  Mukmin

Hati adalah bagian terpenting dalam diri manusia selepas keberadaan ruh yang menjadi inti dasar dari segala-galanya. Tasawwuf yang berkembang dengan pesatnya di kebanyakan negara-negara Islam, menjadikan hati sebagai fokus pengkajian dan pusat pembahasan untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan yang diridhoi Allah. Tasawwuf juga dikenal sebagai ilmul Quluub ( ilmu tentang hati dan penyakit-penyakitnya, atau Fiqhul Quluub ( pemahaman yang komprehensif tentang hati dan penyakitnya ). Kesehatan dan kebersihan hati adalah suatu hal yang sangat signifikan ( significant ) dalam Islam, sehingga kwalitas hidup, Ibadah dan perjuangan seseorang dapat ditentukan melalui tahap kesucian dan kebersihan hatinya. Hal ini mendapat dukungan dan pembenaran dari Nabi Muhammad SAW di dalam sabdanya;

Sesungguhnya pada jasad ( tubuh manusia ) ada segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh anggota jasad, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh anggota jasad, sesungguhnya ia adalah hati ( HR Bukhori )

Baiknya hati adalah faktor penentu ( decisive factor ) kepada baiknya seluruh anggota badan. Anggota badan yang baik adalah anggota badan yang dapat berfungsi secara positif untuk tujuan-tujuan Ibadah demi mencapai mardhotillah. Sesungguhnya, mata yang baik dapat melihat dengan jelas kebenaran orang lain dan kesalahan diri sendiri, mulut yang baik selalu dihiasi dengan zikir dan kata-kata hikmah serta jauh dari menyebut-nyebut keburukan orang lain sebab, perbuatan itu sama dengan memakan bangkai saudara sendiri Allah berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah diri kamu dari prasangka, karena kebanyakan pransangka itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. ( al Hujurat 12 )

Tangan yang baik akan sentiasa berusaha mengambil apa-apa yang baik dan memberi yang terbaik sebagaimana lebah yang Allah contohkan di dalam Alqur’an. Lebah mengambil sari dari bunga tanpa perlu merusak bunga, kemudian mengeluarkan madu yang segar untuk menjadi obat kepada manusia. Kedatangan lebah tidak sedikitpun membawa kerusakan kepada bunga, bahkan ia membawa kebaikan yang sangat besar kepada proses perkawinan tumbuh-tumbuhan. Sebagai seorang Mukmin kita harus berusaha membawa kebaikan kepada sesama Muslim sebatas kemampuan yang ada, agar wujud dan keberadaan kita menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu dan diharapkan. Apabila hati kita sakit maka seluruh anggota badan kita akan berfungsi secara negatif dan destruktif ( destructive ), yang pada akhirnya membawa kepada kehancuran diri dan reputasi sebagai seorang Mukmin yang menjadi pewaris kepada perjuangan dakwah Nabi. Mata kita hanya berfungsi untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain, mulut kita pula akan membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain, tangan kita akan selalu mengambil yang buruk dan memberikan yang buruk pula, dan telinga kita hanya tertarik kepada hal-hal yang buruk-buruk saja. Bila hal ini terjadi sesungguhnya tanpa kita sadari kewujudan kita telah menjadi penyebab kepada perpecahan dan permusuhan di kalangan ummat Islam, yang pada akhirnya kehadiran kita tidak lebih dari sebuah bencana yang tak pernah diharapkan.

Semua pekerti buruk yang keluar dari hati yang rusak dan sakit akan menjadikan hati semakin sakit dan tertutup dari cahaya kebenaran, serta jauh dari keikhlasan. Kemudian hati akan berubah menjadi gudang dosa yang penuh dengan timbunan dosa dan noda sehingga hati semakin kecil dimakan oleh racun dosa sebagaimana besi dimakan oleh karat-karat yang berada di sekelilingnya. Allah berfirman;

Sesungguhnya di dalam hati mereka ada bermacam-macam penyakit kemudian Allah tambahkan lagi penyakit itu sehingga hati mereka benar-benar gelap dan sakit, dan sesungguhnya Allah menyediakan untuk mereka azab yang pedih atas sebab pendustaan yang mereka lakukan ( al Baqoroh 10 )

Penyakit hati sangat berbahaya namun ia jarang mendapat perhatian yang sewajarnya dari kita, karena tidak mengetahui akan besarnya akibat yang akan timbul jika kita mengabaikannya. Kita biasanya lebih peka kepada tuntutan jasmani dan penyakit-penyakit yang diderita oleh jasmani kita. Bermacam-macam buku kesehatan kita koleksi dan kita baca, berbagai macam pakar kesehatan kita datangi namun kita lupa akan penyakit yang ada pada hati. Apakah namanya? Siapakah dokternya, mana bukunya dan apakah obatnya.

Sesungguhnya penyakit hati sangat banyak macam dan bentuknya seperti; cinta dunia yang berlebih-lebihan, Iri hati, dengki, sombong, angkuh, dendam, khianat, bohong dll. Semua penyakit ini, tidak obahnya bagaikan penyakit kanker ( cancer ) ganas yang semakin hari semakin membesar sehingga dapat merobah bentuk dan rupa manusia menjadi hewan yang liar dan ganas atau melebihi keganasan dan kebuasan hewan. Allah berfirman;

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti hewan, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah adalah orang-orang yang lalai. ( al A’raf 179 )

Kebersihan hati sangat diperlukan dan merupakan modal dasar dalam mengharungi kehidupan dunia yang penuh dengan ujian dan cobaan. Hati yang bersih dan sehat bagaikan sebuah laut yang luas tenang dan damai, di atasnya berlabuh bahtera keimanan menuju pantai akhirat tempat kejayaan. Laut yang tenang menerima apa saja yang dilemparkan kedalamnya tetapi secara perlahan ia saring dan hantarkan segala bangkai dan kotoran ketepi pantai, sebab laut yang bersih tidak mau menelan bangkai. Seorang mukmin harus berusaha untuk dapat menerima perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya dengan hati yang lapang dan penuh tenaga, kemudian secara arif menyaring dan menanggapi segala tuduhan, fitnah maupun buruk sangka. Pada akhirnya ia dapat mengambil yang jernih dan membuang yang keruh dengan sangat bijaksana. Kebaikan dan keburukan adalah gendang dari sebuah kehidupan yang nyata, dan menjadi materi utama dalam ujian kehidupan kita di dunia. Kebaikan dan keburukan bisa muncul dari diri kita ataupun dari diri orang lain. Bila kebaikan muncul dari diri kita ia hendaklah merupakan ibadah kepada Allah dan bukanlah sebuah demonstrasi kebaikan untuk mendapat pujian dan sanjungan dari manusia, dan bila kebaikan itu muncul dari orang lain ia harus dilihat sebagai sebuah kebenaran dan kebaikan yang harus kita contoh dan teladani. Apabila keburukan muncul dari diri kita ia adalah manifestasi dari proses penurunan iman dan kelemahan jiwa kita yang tentunya menuntut perbaikan segera. Apabila keburukan itu muncul dari orang lain ia adalah suatu peringatan dan teguran yang bermakna untuk kita, dan bukanlah sarana untuk kita saling berdendam dan saling mencerca. Sebuah keburukan tidak dapat diselesaikan dengan keburukan sebagaimana dendam tidak dapat menyelesaikan persengketaan.

Nabi muhammad diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam, telah mengajarkan kita untuk bersikap pemaaf atas kesalahan orang lain, karena kitapun tidak terlepas dari berbuat kesalahan. Bila kita bersedia untuk memaafkan orang lain niscaya Allah akan membukakan hati orang lain untuk memaafkan kita. Seorang Mukmin harus menyadari dan selalu merasa bahwa kesalahannya kepada orang lain lebih besar dari kesalahan orang lain terhadap dirinya, maka ia tidak memiliki sebab yang kuat untuk tidak memaafkan orang lain. Dengan memaafkan orang lain kita berharap agar Allah mengampunkan dosa kita yang tak terhitung jumlahnya. Allah berfirman;

Dan tidaklah sama (kesan dan hukum) perbuatan baik dan perbuatan jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang sahabat karib. ( fussilat 34 )

Sebagai seorang mukmin kita harus berusaha memperbanyak sahabat dan memperkecil musuh, sebab seribu sahabat masih terlalu sedikit dalam kehidupan dunia yang luas ini, tetapi satu musuh sudah terlalu banyak karena ia akan mempersempit serta mempengaruhi semua kegiatan harian kita. Kita harus berusaha untuk menjadi sebuah pohon yang berbuah lebat, bila dilempar dengan batu ia akan balas dengan melemparkan buahnya. Pohon adalah laksana iman yang kokoh dan buahnya adalah akhlak-akhlak yang mulia, maka Mukmin yang teguh Imannya akan menjawab kejahatan orang lain dengan Akhlak yang mulia, sebab akhlak lebih nyaring dan jelas dari kata-kata. Sesungguhnya nilai diri kita terletak pada tahap pengabdian dan keihklasan kita kepada Allah dan bukan pada penilaian manusia. Biarlah kita hina pada kaca mata manusia tetapi mulia di sisi Allah, daripada mulia di sisi manusia tetapi hina di sisi Allah. Allah berfirman;

"sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengerti atas segala-sesuatu" ( al Hujurat 13 )


Ciri-ciri Mukmin Sejati

Orang beriman dalam Alquran disebut mukmin, jamaknya mukminin. Mukmin ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi segala perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Itulah mukmin sejati. Mukmin sejati kelak akan mendapatkan surga dan keridaan Allah SWT.

Tentu kita ingin menjadi mukmin sejati yang nantinya mendapat rida Allah SWT dan kekal dalam kebahagiaan.

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya." (QS al-Mu'minun [23]: 1-5). 

Ayat tersebut menghendaki kita untuk khusyuk dalam shalat, menjauhi perkataan dan perbuatan yang sia-sia, menunaikan zakat dan tidak mendekati zina. Pertanyaannya kemudian, bagaimana caranya kita bisa khusyuk dalam shalat? Mengapa harus menjauhi hal-hal yang tak berguna, wajib zakat, dan dilarang zina?

Untuk shalat khusyuk ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, memahami bacaan-bacaan shalat. Kedua, berusaha untuk bisa konsentrasi dan tulus ikhlas dalam mengerjakannya (QS al-A'raf [7]: 29). Ketiga, mengerjakannya dengan thuma'ninah, tenang, dan tidak terburu-buru. Bahkan, kalau ingin sempurna lagi lakukanlah shalat secara berjamaah di masjid.

Berikutnya kita mesti menjauhi perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (Muttafaqun Alaih).

Selanjutnya menunaikan zakat. Zakat hakikatnya menyucikan diri dan menjaga diri dari sifat kikir (bakhil) (QS at-Taubah [9]: 103). Dengan demikian, solidaritas sesama Muslim dapat dipelihara dan terus-menerus ditingkatkan. Mengapa kita perlu menjaga diri dari sifat kikir yang dalam Alquran disebut bakhil?

Allah membenci orang kikir (bakhil). “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.

Sebenarnya, kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan, kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Ali Imran [3]: 180).

Selanjutnya, tidak mendekati zina. Allah SWT sangat membenci perbuatan zina. Oleh karena itu, pelakunya diberi hukuman dan tercatat sebagai pelaku dosa besar. (QS al-Isra’ [17]: 32).

Dari sini jelas bahwa kalau kita ingin bahagia selamanya baik di dunia maupun di akhirat kita mesti menjadi mukmin sejati. Sebagaimana yang terkandung dalam surah al-Mu’minun. Tetapi hari ini, bagi sebagian umat Islam, iman tidak lagi penting. Tidak shalat sudah biasa, demikian juga dusta dan kesiasiaan. Kikir menjadi budaya dan zina jadi gaya hidup.

Wahai saudaraku, selagi kita masih hidup bersegeralah memperbaiki diri, bersungguh-sungguhlah untuk menjadi mukmin sejati. Jika tidak, jangan menyesal apabila kelak akan termasuk golongan orang yang merugi. 


Amal Yang Mempermudahkan Mukmin Menyebrangi Jambatan Neraka

Sebagaimana sudah kita ketahui setiap Ahli Tauhid sebelum berhak mencapai pintu gerbang surga diharuskan melewati ujian berat yaitu menyeberangi jembatan yang membentang di atas Neraka Jahannam. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melukiskan jembatan itu sebagai lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang. Ada mereka yang sukses menyeberanginya, ada yang sukses namun terluka kena sabetan duri-duri dan besi-besi kait yang merobek sebagian anggota tubuhnya sementara ada yang gagal sehingga terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya terlebih dahulu masuk ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam.

وَلِجَهَنَّمَ جِسْرٌ أَدَقُّ مِنْ الشَّعْرِ وَأَحَدُّ مِنْ السَّيْفِ عَلَيْهِ كَلَالِيبُ وَحَسَكٌ يَأْخُذُونَ مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَالنَّاسُ عَلَيْهِ كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ وَالْمَلَائِكَةُ يَقُولُونَ رَبِّ سَلِّمْ رَبِّ سَلِّمْ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَمَخْدُوشٌ مُسَلَّمٌ وَمُكَوَّرٌ فِي النَّارِ عَلَى وَجْهِهِ

“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas) laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim.” (”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.”) Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR. Ahmad 23649)

Setiap orang yang mengaku beriman sudah barang tentu berharap dirinya masuk ke dalam golongan mereka yang selamat menyeberanginya sehingga berhak masuk Surga dan dijauhkan dari azab api neraka. Namun pertanyaannya ialah bagaimana hal itu bisa tercapai? Apa syarat-syarat agar seorang Mukmin berhak menikmati kesuksesan tersebut? Sebenarnya dalam hadits lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan sebagian jawabannya.

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُؤْمِنَةٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ، فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنا فَلا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا

“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada di tengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR. Thabrani 11079)

Di antara solusinya ialah seorang mukmin mesti mengupayakan agar dirinya kelak memiliki cukup cahaya agar mampu menyeberangi kegelapan dan panasnya neraka. Sebab pada saat akan menyeberangi jembatan tersebut setiap orang dibekali Allah cahaya agar mampu melihat jalan yang sedang ditelusurinya di atas jembatan tersebut. Dan bila ia termasuk mukmin sejati cahaya yang diterimanya itu akan setia menemani dan menyinari dirinya sepanjang penyeberangan itu hingga sampai ke ujung menjelang pintu surga. Namun jika ia termasuk orang yang imannya bermasalah lantaran begitu banyak dosanya, apalagi kalau ia termasuk orang munafik, maka di tengah perjalanan menyeberangi jembatan Allah tiba-tiba padamkan cahaya yang menemaninya sehingga ia dibiarkan dalam kegelapan dan akibatnya ia menjadi tersesat dan terjatuh ke dalam api neraka.

Begitu cahaya orang-orang munafik itu mendadak dipadamkan Allah, maka mereka akan berteriak panik dan memohon kepada orang-orang beriman sejati agar dibagi sebagian cahaya yang setia menemani mukmin sejati itu. Sungguh gambaran mengerikan yang dengan jelas diuraikan Allah di dalam ayat-ayat berikut ini:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌيَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آَمَنُواانْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًافَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِالْعَذَابُ يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْأَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّىجَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَامِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu'min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak. Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mu'min) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS. Al-Hadid [57] : 11-15)

Lalu apakah amal perbuatan yang akan menyebabkan seorang mukmin memiliki cukup cahaya untuk sukses menyeberangi jembatan itu? Ternyata, di antaranya ialah kesungguhan seorang mukmin untuk bertaubat dari dosa-dosa yang selama ini dia kerjakan. Inilah yang disebut dengan aktifitas Taubatan Nasuhan (Taubat Yang Murni). Taubatan Nasuha inilah yang akan menyebebkan seorang mukmin memperoleh cahaya yang disempurnakan untuk sukses menyeberangi jambatan Neraka. Bukan taubat musiman alias taubat yang tidak menyebabkan seseorang benar-benar meninggalkan perbuatan dosa yang dilakukannya. Perhatikanlah ayat Allah berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubatan Nasuhan (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At-Tahrim [66] : 8)

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, beliau bersabda: ”Shirath itu setajam pedang dan sangat menggelincirkan.” Beliau melanjutkan: ”Lalu mereka melintas sesuai dengan cahaya yang mereka miliki. Maka di antara mereka ada yang melintas secepat meteor, ada pula yang melintas secepat kedipan mata, ada pula yang melintas secepat angin, ada pula yang melintas seperti orang berlari, dan ada pula yang berjalan dengan cepat. Mereka melintas sesuai amal perbuatan mereka, hingga tibalah saat orang yang cahayanya ada di jari jempol kedua kakinya melintas, satu tangannya jatuh, dan satu tangannya lagi menggantung, satu kakinya jatuh dan satu kakinya lagi menggantung, kedua sisinya terkena api neraka.”

Kedua, seorang Mukmin akan dijamin memiliki cukup cahaya saat menyeberangi jembatan di atas Neraka jika ia rajin berjalan ke masjid dalam kegelapan untuk menegakkan sholat wajibnya semata ingin meraih keridhaan Allah. Nabi bersabda:

بَشِّرْ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan menuju masjid-masjid dalam kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR. Ibnu Majah 773)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seringkali ketika berjalan menuju ke masjid berdoa dengan doa sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًاوَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ يَسَارِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِنُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا

“Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, dalam penglihatanku, dalam pendengaranku, di sebelah kananku, di sebelah kiriku, di sebelah atasku, di sebelah bawahku, di depanku, di belakangku dan jadikanlah aku bercahaya.” (HR. Bukhari 5841)

Ketiga, seorang Mukmin akan sukses menyeberangi jembatan neraka bila ia melindungi sesama mukmin dari kejahatan orang Munafik. Dan sebaliknya barangsiapa yang mengucapkan perkataan buruk untuk mencemarkan seorang Muslim, maka Allah akan menghukumnya dalam bentuk ia ditahan di atas jembatan neraka hingga dosa ucapannya menjadi bersih.

مَنْ حَمَى مُؤْمِنًا مِنْ مُنَافِقٍ أُرَاهُ قَالَ بَعَثَ اللَّهُ مَلَكًا يَحْمِيلَحْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ وَمَنْ رَمَى مُسْلِمًا بِشَيْءٍ يُرِيدُشَيْنَهُ بِهِ حَبَسَهُ اللَّهُ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

“Barangsiapa melindungi seorang Mukmin dari kejahatan orang Munafik, Allah akan mengutus malaikat untuk melindungi daging orang itu –pada hari Kiamat– dari neraka jahannam. Barangsiapa menuduh seorang Muslim dengan tujuan ingin mencemarkannya, maka Allah akan menahannya di atas jembatan neraka jahannam hingga orang itu dibersihkan dari dosa perkataan buruknya.” (HR. Abu Dawud 4239)

Saudaraku, sungguh kita semua sangat membutuhkan cahaya yang mencukupi untuk menyeberangi jembatan neraka dengan selamat. Semoga Allah masukkan kita bersama ke dalam golongan Mukmin sejati. Semoga Allah bersihkan hati kita bersama dari penyakit kemunafikan. Sebab kemunafikan akan menyebabkan cahaya seseorang tiba-tiba padam saat menyeberangi jembatan neraka sehingga ia menjadi tergelincir lalu jatuh ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Na’udzubillahi min dzalika...!

اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاق وَ اَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاء وَ أَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِب وَ أَعْيُنَنَا مِنَ الخِْيَانَة إِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُن وَ مَا تُخْفِ الصُّدُور

Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari dusta serta pandangan mata kami dari khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu khianat pandangan mata dan apa yang disembunyikan hati.


Karakteristik Mukmin Yang Beruntung

Rasulullah pernah bersabda :

"Apabila kamu meminta surga kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena ia surga yang terletak paling tengah dan paling tinggi, dan di atasnya adalah singgasana Tuhan." (HR. Bukhari)

Subhanallah...Allah pun telah menjanjikan surga Firdaus tersebut kepada hamba-hambaNya, yang telah memenuhi beberapa karakteristik yang telah Dia tentukan. Dan hal ini telah diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al Mukminun: 1 - 11

Surah ini dimulai denga sebuah pernyataan:

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (Al-Mukminun: 1). Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah "Siapakah gerangan yang beruntung itu, mukmin yang seperti apa, apa amalannya, sehingga Allah sampai menyebutnya sebagai orang yang beruntung?"

Kemudian Allah melanjutkan dengan memberitahukan bagaimana ciri-cirinya:

1. "(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,".
Shalat khusyu' bisa diperoleh bila:
Pertama, kaifiat (tata cara)nya benar, yakni memenuhi rukun dan syarat sesuai syariat Islam.
Kedua, dijalankan penuh ikhlas, artinya mengharap keridhaan Allah semata.
Ketiga, memahami makna ucapan-ucapan dalam shalat, hingga mampu membekas dalam sukma. Bekas shalat adalah khusyu'. Dan pribadi yang khusyu' adalah mereka yang kare-
na shalatnya terhindar dari perbuatan fasik dan mungkar. Bila ia shalat tapi juga berbuat fasik dan mungkar, ia telah melanggar kata-katanya sendiri dalam shalat. Kecuali ia tidak tahu apa yang ia ucapkan. Maka shalatnya tiada bermanfaat.

2. "dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,".

"Diantara kesempurnaan Islamnya seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tiada berfaedah" (HR. Tirmidzi)

3. "dan orang-orang yang menunaikan zakat,".
Kesediaan membayar zakat adalah ciri seorang mukmin, yang rela ketika Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian harta yang dimilikinya kepada orang yang berhak (mustahik). Bila Allah yang memerintah, jangankan harta, bagi seorang mukmin yang sejati, jiwa pun tak segan ia berikan. Ia yakin, kematian di jalan Allah adalah semulia-mulia akhir kehidupan. Dan surga adalah balasannya.

4. "dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela."
Hasrat manusiawi ini akan jadi ladang pahala dan keridhaan Allah saat di penuhi syaratnya( seperti tertera dalam ayat diatas, bukan di salurkan disembarang tempat).

5. "dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya."
Menjadi seorang mukmin yang bisa dipercaya, memenuhi amanah yang dibebankan kepadanya dan memenuhi janji yang dibuatnya.

6. "serta orang yang memelihara shalatnya".
Menjaga shalat diawal waktu dan jangna sekalipun meninggalkan sholat walau dengan alasan apapun (kecuali yang memang sudah Allah tetapkan).

Demikianlah ciri-ciri mikmin yang beruntung itu, dan akhirnya Allahpun menjanjikan:

"Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." Al-Mukminun: 11)

Sekarang tinggal bagaimana usaha kita agar doa kita meminta surga Firdau itu bisa terpenuhi. Syarat-syaratnya sudah disampaikan. Karena besarnya usaha kita berbanding lurus dengan apa yang akan kita dapatkan. Insya Allah. 

0 komentar:

Posting Komentar

ترك التعليق